19 Juli 2015.
Lebaran hari ketiga. Suasana hari raya masih sangat kental terasa. Masakan-masakan khas idhul fitri, aneka macam kue yg cantik dan manis, suasana keluarga yg hangat dan malas malasan sepanjang hari di depan tivi dengan ngemil kue ini itu sambil menunggu tamu. Ah cukup. Hari ini saya berencana ke Surabaya.
Egar dan saya berencana menghabiskan libur lebaran bersama mulai H+3. Hendra, teman Egar juga gabung. Dia orang Surabaya yang selama ini kerja di Palu. Pertemanan mereka sudah terjalin sangat lama, sehingga liburan kali ini mereka merencanakan menghabiskannya bersama.
Saya ke surabaya pagi hari. Tak sampai Surabaya, saya turun di Japanan. Pertigaan besar yang super macet antara Malang-Surabaya dan Mojokerto.
Mojokerto, kami akan pergi kesana.
Kalian pasti pernah dengar ttg Pemandian Pacet. Sumber air panas alami dari lereng Gunung Welirang. Disana ada kolam terpencil yg mana para pengunjungnya adalah para Gay. Situs ini kondang di internet dan kaum "seperti itu". Seperti aliran sungai kecil tapi air nya panas. Tiada tarif dan batas waktu. 24 Jam nonstop bisa berkunjung kesana tanpa ada yg melarang.
Waktu paling favorit adalah pukul tujuh malam ke atas. Biasanya hingga jam dua dini hari. Selebihnya lokasi akan berangsur sepi dengan sendirinya.
Kami tiba di kawasan Pacet pukul empat sore. Disini banyak sekali villa, penginapan dan resort untuk menghabiskan liburan. Tempat nya yang sejuk di daerah ketinggian membuat tempat ini tersohor sebagai tujuan refreshing, persis seperti Batu, Trawas atau Tretes.
Kami bertiga check in hotel, lalu mandi dan sekedar leyeh-leyeh sebentar merehatkan punggung. Airnya dingiiiin banget khas pegunungan.
"Kalo mau air panas nanti ya sabar. Kamar kita gak dilengkapi Heater Water." Kata Egar.
Jam enam sore kami pergi menuju pemandian. Sebenarnya ini adalah tempat wisata. Pemandian Kolam air panas yang sudah di kelola dan dibuka untuk umum hingga jam dua dini hari. Kami masuk kesini dahulu, tarif per orang adalah 10ribu rupiah. Pengunjung begitu ramai, entah memang setiap hari seperti ini atau hanya karena masih libur lebaran. Pengunjung berjubel memadati kolam kolam panas yang ada.
Pukul delapan kami cabut dari tempat ini dan melanjutkan ke pemandian air panas terpencil yang saya maksud tadi.
Tempatnya menuruni sungai yang gelap dan sepi. melewati semak dan jalanan setapak bebatuan yang kadang becek. Tiada penerangan melewati pepohonan menambah suasana hening semakin mencekam.
Berjalan sekitar 15 menit, akhirnya kami menemukan dua kolam kecil air panas di antara pepohonan. Disitu banyak orang mandi dan berendam sambil berbincang. Disinilah tempatnya. Tidak semua yang datang ksini Gay. Ada warga sekitar yg tampak nya mereka adalah orang straigh dan baik baik saja. Tapi tetap saja mayoritas pengunjung adalah kaum seperti itu. Mudah membedakan mana yang straight dan tidak.
Kami bertiga turun untuk berendam. Terlepas dari bagaimana sebenarnya tempat ini, disini adalah tempat yang sangat nyaman, berendam air hangat ditengah kesunyian, menyandarkan kepala di batu dan membiarkan wajah kita mendongak ke langit, menikmati bintang dan bulan. Pergilah kesini jika kalian ingin mencari relaksasi. Mencari tempat dimana kalian bisa sendirian dan berdiskusi banyak dg suara hati kalian.
Sunyi yang menghangatkan.
Jangan heran jika saat kalian benar-benar enjoy menikmati air hangat dan menenangkan pikiran tiba-tiba ada tangan yang meraba betis kalian, merayap hingga pangkal paha. Berhenti agak lama disitu sebagai tanda meminta ijin. Jika tidak ada respon penolakan, maka artinya tangan di beri keleluasaan utk menjamah bagian yg lebih di inginkan.
Beberapa kali kaki ku di senggol oleh beberapa orang itu, namun saya langsung menghindar sebagai tanda bahwa saya enggan utk diperlakukan macam-macam. Hendra rupanya enjoy dengan itu, dia enjoy dengan segala perlakuan mereka hingga berujung pada, entah apa yg dilakukan mereka, pergi menghilang dibalik gelapnya sema-semak.
Egar menceritakan kepada saya ttg pengalamannya. Dia juga di raba oleh orang, karena penasaran dia membiarkan, hingga akhirnya mereka mengetahui "bentuk dan ukuran" masing-masing lewat indera peraba. Saya yakin Egar tahu batasnya, sepanjang dia dalam tindakan yg masih menghargai saya itu bisa diterima.
Kami sudah selesai berendam, sudah jam setengah 1 dini hari tapi Hendra tidak tau entah kemana. Kami mencarinya di setiap kolam dan rerimbunan semak tak juga nemu. setengah dua akhirnya dia muncul dr kegelapan, bersama orang tak dikenal yg berbeda dengan pria yg terakhir menghilang dengan nya beberapa jam lalu. Astaga, saya malas menduga apa saja yg dilakukannya, dan mungkin dengan beberapa pria yang berbeda di balik rerimbunan semak itu. No comment.
Egar pun hanya ngomel-ngomel, dan Hendra tak menggubrisnya.
THANKS FOR READING, PLEASE LEAVE COMMENT AND ADVICE :)
No comments:
Post a Comment