Egar sebenarnya masih ragu apakah kami yakin akan langsung berangkat ke Banyu Anjlog malam ini juga? Mengingat medan yang sangat gelap menuju kawasan Malang Selatan yang sepi dan terpencil.
Kami sudah memasuki kawasan yg semakin ke selatan semakin sepi, ada Losmen di dekat terminal Gadang. Egar memberi saran gimana kalo tidur losmen aja dulu, lumayan untuk rehat, nanti subuh baru dilanjut jalan lagi.
Saya turun dai mobil dan langsung menanyakan rate kamar losmen. Sngat kumuh, tak terawat dan bau.
"40 ribu untuk 3 jam" jawab bapak penjaga losmen di ruang loby saat saya menanyakan tarif menginap, ternyata losmen ini untuk "kegiatan short term". Saya jadi agak merinding. Bapak ini gendut, hitam dan hanya memakai singlet watna putih yang sudah bolong sana sini dengan warna yg kusam, sangat kusam. Di tambah lagi dengan bau tubuhnya yang tajam membuat minat saya sedikit berkurang. Saya meminta di antarkan untuk melihat kondisi kamrnya terlebih dahulu dan beeeeeehh, carut marut, sepreinya kumal dan sangat tidak rapi tertarik kesana kemari dengan kusut, ruangan yang sempit hanya semacam bilik 2x2m tanpa jendela atau ventilasi dengan bau pengap dan sisa aroma tubuh orang orang sebelumnya yang menyewa kamar ini. Bantal nya tampak kusam dan saya yakin sarung bantalnya sangat jarang di ganti, bekas para penginap yang kami tidak tau apa yang mereka lakukan di bilik temaram ini.
Maaf, saya langsung hilang minat. Saya segera berpamitan dan segera balik ke dalam mobil.
"Gimana?"
"Gak usah." Saya menjawab singkat dengan nada yang Egar sudah sangat memahami, intonasi yang mungkin maknanya seperti "Percaya saya!" dan tidak perlu di protes lagi.
Kami terus melanjutkan perjalanan ke Selatan.
Sudah jam 01.30 dini hari. Ada pom bensin besar di pertigaan sebelum pasar Bululawang yang saya yakin ini adalah SPBU besar terakhir sebelum semakin ke pelosok.
Kami merapat kesini, Egar mengisi bahan bakar mobil nya dan saya ke Alfamart untuk memborong snack, air putih, jus, beberapa kotak susu, dan roti sebagai bekal perjalanan. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak disini, tak terasa kami ketiduran dan terbangun jam 02.30.
Untung aja gak kebablasan.
Kami ke toilet untuk pipis dan lalu melanjutkan perjalanan.
Perjalanan terus menuju Pasar bululawang hingga ke pertigaan PG.Krebet dan kemudian berbelok ke kiri menuju Dampit.
Setelah sampai di Pasar Dampit yang merupakan pusat kota kecil ini, kami terus melanjutkan perjalanan menuju Desa Tirtoyudo. Perjalanan dari Dampit ke Tirtoyuda masih terbilang normal. Namunn dari Tirtoyudo menuju Pantai Lenggoksono jalanan akan semakin Extrim.
"Aduh, mau muntah aku Za" kata Egar.
Saya faham dalam kondisi medan yang mendaki dan melewati turunan terjal serta bnyaknya belokan-belokan tajam khas membuat Egar semakin mual, diperparah kondisi perutnya yang kosong belum makan malam.
Mata nya awas meski saya tau benar kalau dia sangat ngantuk dan lelah. Jalan yang sempit menuntut agar pengemudi selalu was was.
Pemukiman penduduk sangat jarang sekali disini. Kebun kebun gelap adalah pemandangan kami sepanjang jalan. Mungkin sesekali nampak ada kehidupan di pos pos ronda kecil berisi 2-3 orang bapak bapak yang sengaja berjaga sambil membuat api unggun kecil sebagai penghangat dan penerangan selama kami lewat.