Wednesday, April 13, 2016

Christmas Part.2

Jumat, 25 Desember 2015

Egar sebenarnya masih ragu apakah kami yakin akan langsung berangkat ke Banyu Anjlog malam ini juga? Mengingat medan yang sangat gelap menuju kawasan Malang Selatan yang sepi dan terpencil.
Kami sudah memasuki kawasan yg semakin ke selatan semakin sepi, ada Losmen di dekat terminal Gadang. Egar memberi saran gimana kalo tidur losmen aja dulu, lumayan untuk rehat, nanti subuh baru dilanjut jalan lagi.
Saya turun dai mobil dan langsung menanyakan rate kamar losmen. Sngat kumuh, tak terawat dan bau.
"40 ribu untuk 3 jam" jawab bapak penjaga losmen di ruang loby saat saya menanyakan tarif menginap, ternyata losmen ini untuk "kegiatan short term". Saya jadi agak merinding. Bapak ini gendut, hitam dan hanya memakai singlet watna putih yang sudah bolong sana sini dengan warna yg kusam, sangat kusam. Di tambah lagi dengan bau tubuhnya yang tajam membuat minat saya sedikit berkurang. Saya meminta di antarkan untuk melihat kondisi kamrnya terlebih dahulu dan beeeeeehh, carut marut, sepreinya kumal dan sangat tidak rapi tertarik kesana kemari dengan kusut, ruangan yang sempit hanya semacam bilik 2x2m tanpa jendela atau ventilasi dengan bau pengap dan sisa aroma tubuh orang orang sebelumnya yang menyewa kamar ini. Bantal nya tampak kusam dan saya yakin sarung bantalnya sangat jarang di ganti, bekas para penginap yang kami tidak tau apa yang mereka lakukan di bilik temaram ini.
Maaf, saya langsung hilang minat. Saya segera berpamitan dan segera balik ke dalam mobil.
"Gimana?"
"Gak usah." Saya menjawab singkat dengan nada yang Egar sudah sangat memahami, intonasi yang mungkin maknanya seperti "Percaya saya!" dan tidak perlu di protes lagi.

Kami terus melanjutkan perjalanan ke Selatan.
Sudah jam 01.30 dini hari. Ada pom bensin besar di pertigaan sebelum pasar Bululawang yang saya yakin ini adalah SPBU besar terakhir sebelum semakin ke pelosok.
Kami merapat kesini, Egar mengisi bahan bakar mobil nya dan saya ke Alfamart untuk memborong snack, air putih, jus, beberapa kotak susu, dan roti sebagai bekal perjalanan. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak disini, tak terasa kami ketiduran dan terbangun jam 02.30.
Untung aja gak kebablasan.
Kami ke toilet untuk pipis dan lalu melanjutkan perjalanan.
Perjalanan terus menuju Pasar bululawang hingga ke pertigaan PG.Krebet dan kemudian berbelok ke kiri menuju Dampit.
Setelah sampai di Pasar Dampit yang merupakan pusat kota kecil ini, kami terus melanjutkan perjalanan menuju Desa Tirtoyudo. Perjalanan dari Dampit ke Tirtoyuda masih terbilang normal. Namunn dari Tirtoyudo menuju Pantai Lenggoksono jalanan akan semakin Extrim.
"Aduh, mau muntah aku Za" kata Egar.
Saya faham dalam kondisi medan yang mendaki dan melewati turunan terjal serta bnyaknya belokan-belokan tajam khas membuat Egar semakin mual, diperparah kondisi perutnya yang kosong belum makan malam.
Mata nya awas meski saya tau benar kalau dia sangat ngantuk dan lelah. Jalan yang sempit menuntut agar pengemudi selalu was was.
Pemukiman penduduk sangat jarang sekali disini. Kebun kebun gelap adalah pemandangan kami sepanjang jalan. Mungkin sesekali nampak ada kehidupan di pos pos ronda kecil berisi 2-3 orang bapak bapak yang sengaja berjaga sambil membuat api unggun kecil sebagai penghangat dan penerangan selama kami lewat.




Sunday, March 27, 2016

Christmas Part.1

Rabu, 23 Desember 2015

Egar mengajak saya untuk pergi ke pemandian Pacet. Pemandian air panas yang bebrapa kali pernah kita kunjungi sebelumnya.
Kali ini adalah Long Weekend, dimana besok hari Kamis dan Jumat, 23-24 Desember adalah libur nasional Maulid Nabi dan Natal.
Sepertinya Leya memiliki planing liburan sendiri dengan keluarganya namun Egar tidak ikut.
Egar menjemput saya di kantor sore ini dan kita langsung pergi kePacet untuk menikmati sejuknya udara pegunungan.
Penginapan yang kami sewa harganya berkali-kali lipat dari harga biasanya mengingat ni adalah moment libur panjang. hmmmmmm... jiwa kapitalis rasanya sudah menhinggapi para penduduk lokal ini. Meski penduduk terpencil namun mereka juga melek ekonomi, dimana saat Demand mulai naik, maka harga langsung di monopoli.
Jam 8 malam setelah santai santai sebentar di penginapan, kami berdua pergi menuju pemandian.
Kami berdua menghabiskan malam di pemandian air panas yg disanapun sudah banyak orang datatng sebelum kami tiba.
Di kolam gelap di tengah rerimbunan pohon ini memudahkan para pengunjung untuk mencari-cari kesempatan untuk sekedar pegang-pegang atau meremas tangan orang di sebelah kanan dan kirinya mengingat tidak sedikit pengunjung disini adalah g*y.  Saya dan Egar duduk bersama bersebelahan sehingga aman, menikamati langit malam dan gemerlap bintang dengan tenang tanpa gangguan. Sinar bulan yang temaram membuat tempat ini semakin syahdu hehe.

Pukul 12 malam kami kembali ke penginapan. Badan bener-bener seger dan enteng.


Kamis, 24 Desember 2015.

Kami sarapan di rumah makan yang menyenangkan sekali, di tengah nuansa pegunungan berhawa sejuk ini kami menemukan tempat makan dimana terdapat kolam pancing nya dan pengunjung diperbolehkan memancing sepuasnya lalu hasilnya dimasak oleh juru masak rumah makan dengan aneka menu bermacam- macam sesuai selera.
Setelah kekenyangan, kami tak langsung beranjak dari pondok makan dimana kita menyantap sarapan, tempat ini terdiri dari saung saung atau pondok pondok dengan kapasitas orang bermacam-macam mulai dr 6 hingga 10 orang. Kami tiduran dan bermalas malasan di atas karpet dalam kondisi kekenyangan ditengah udara yang menyenangkan.
"Kemana nih habis ini? masak mau kembali ke Surabaya?.. atau ke Solo aja?" tanya Egar.
"Terserah." sahutku malas malasan.
"Atau ke Pacitan ya? disana ada Pantai Klayar dan Goa Gong yang bagus." saran dia.
"Terserah."
"Atau kita ke Jember aja ya, ada pantai Papuma, keren?"
"Terserah."
"Atau kita ke Malang? santai santai aja disana."
"Terserah."
Banyak saran, namun akhirnya kita memilih Batu. Kota kecil yang dingin dekat Malang namun jaraknya menjadi sangat dekat kalo melewati jalur Pacet.
Jam 11 an siang kami langsung menuju kota Batu melewati jalur pegunungan dan menembus jalanan sepi menerobos hutan hujan yang sangat lebat. Jalan pintas ini kondisi nya baik dan mulus, namun tak banyak yang melewati karena sebenarnya ini bukan jalan yg dilewati kebanyakan orang.
Dedaunan kering dan beberapa ranting pohon berserakan di tengah jalan dan menimbulkan bunyi crack saat terlindas mobil kami.Beberapa kali terdengar lirih suara monyet atau kicauan burung dari kejauhan sana. Kabut tipis pun terlihat jelas jalan perlahan di lembah lembah sebelah kiri kita yg sangat curam membentuk jurang yang dalam.
Tak terasa kami tiba di Selecta, sebuah tempat wisata yang sangat populer di Kota Batu.
Menurut catatan sejarah, Taman Bunga Selecta dulunya dimiliki oleh seorang penjajah Belanda, yang akhirnya diserahkan kepada Pemerintah RI untuk dikelola. Sejak tahun 1928, Selecta menyimpan kenangan historis dan peristiwa di jaman revolusi. Bung Karno selaku proklamator dan presiden pertama RI, konon kabarnya banyak merenung disini dan menemukan ide-ide untuk menyatukan bekas kerajaan besar Majapahit dan kerajaan-kerajaan lain di Indonesia seperti Sriwijaya, Mataram, hingga kerajaan di wilayah timur Indonesia.
Dan air yang mengalir ke kolam renang selekta di anggap sebagai air suci “Tirta Kamandanu” konon sebagai sebuah tempat yang dulunya ditemukan oleh punggawa kerajaan Singosari bernama Arya Kamandanu setelah bertapa sekian lama saat mencari sumber air akibat kekeringan yang telah melanda negerinya.
Selecta pernah dibumihanguskan saat jaman revolusi tahun 1949. Namun Selecta resmi berdiri kembali dan menjadi Perseroan Terbatas pada 1950 serta menjadi milik masyarakat sekitar.
Agak terik karena kami tiba saat siang bolong. kami berkeliling menikmati taman taman di selekta dan menikmati es krim.
Setelah dirasa cukup berkeliling kami memutuskan untuk menyudahi kunjungan di Selecta.Kami langsung menuju daerah Songgoriti untuk mencari penginapan. Ada hotel kuno tepat berada di depan pemandian Selecta. Kami segera bersih bersih dan dan istirahat.
Jaringan internet yang sangat sulit di dapat membuat Egar tampak emosi. Dia gak bisa memainkan game online nya  atau membuka media sosial. Akhirnya jam 6 sore Egar memutuskan untuk check out saja. Selain itu Egar juga tidak cocok dengan kamrnya, kamar kami adalah nomor 4, dan angka 4 bagi Egar adalah suatu ketidak baikan. "Shi" dalam bahasa tionghoa artinya Mati, dan entah kenapa Egar begitu fanatik dengan angka angka.
Menuju Alun alun kota batu yang sangat bagus dan tertata rapi yang merupakan tempat favorit warga Batu dan Malang adalah destinasi kami selanjutnya. Di sini banyak sekali kuliner khas jawa timuran yang perlu di coba. Yang paling terkenal adalah Pos Ketan Legenda. Bedak kecil penjual jajanan Ketan ini sudah ada sejak 1967, nyaris 50 tahun lalu.
Jajanan murah meriah ini seharga 3000-7000 rupiah aja tergantung pada variasi ketan nya. Ada Ketan Keju Susu, Ketan ayam pedas, Ketan Durian dll. Antrian mengular hingga lebih dari 10 meter dari meja kasir tempat memesan ketan hingga keluar bedak sampai tepi jalan. Semua pada suka panganan ini.
Berfoto foto di beberapa titik sudut alun alun yang sangat ramai kemudian kami memakan ketan yang kami  borong di dalam mobil.
Mobil tetap tak bergerak di parkiran, kami duduk santai di dalam mendengarkan musik yg teralun lirih sambil menikmati ketan hangat di tengah dingin nya udara malam kota Batu.
"Wenaaaaakkk loh." komentar Egar.
Kami membicarakan destinasi selanjutnya yang tak tahu kemana seharusnya tujuan ini. Dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya kami memutuskan pergi ke Malang Setatan, Pantai Banyu Anjlog.
 Jam menunjukan pukul 23.30. Kami langsung berkendara pelan menuju kota Malang.
Kami baru menyadari kalau malam sudah sangat larut, tertanda dengan beberapa tempat kuliner yang akan kita singghi untuk makan malam sudah pada tutup.
Hmmmm... bingung.
Ada ide untuk memesan McD Delivery dan kita menunggu di suatu  tempat agar pesanan bia di antar ke kami, namun McD tidak melayani jika kita tidak berada di alamat permanent. Dia tidak berkenan mengantarkan pesanan ke tempat umum seperti tepi jalan, pom bensin, depan mall atau ruang publik  apapun.
Egar sebenarnya masih ragu apakah kami yakin akan langsung berangkat ke Banyu Anjlog malam ini juga? Mengingat medan yang sangat gelap menuju kawasan Malang Selatan yang sepi dan terpencil.
Kami sudah memasuki kawasan yg semakin ke selatan semakin sepi, ada Losmen di dekat terminal Gadang. Egar memberi saran gimana kalo tidur losmen aja dulu, lumayan untuk rehat, nanti subuh baru dilanjut jalan lagi.
Saya turun dai mobil dan langsung menanyakan rate kamar losmen. Sngat kumuh, tak terawat dan bau.
"40 ribu untuk 3 jam" jawab bapak penjaga losmen di ruang loby saat saya menanyakan tarif menginap, ternyata losmen ini untuk "kegiatan short term". Saya jadi agak merinding. Bapak ini gendut, hitam dan hanya memakai singlet watna putih yang sudah bolong sana sini dengan warna yg kusam, sangat kusam. Di tambah lagi dengan bau tubuhnya yang tajam membuat minat saya sedikit berkurang. Saya meminta di antarkan untuk melihat kondisi kamrnya terlebih dahulu dan beeeeeehh, carut marut, sepreinya kumal dan sangat tidak rapi tertarik kesana kemari dengan kusut, ruangan yang sempit hanya semacam bilik 2x2m tanpa jendela atau ventilasi dengan bau pengap dan sisa aroma tubuh orang orang sebelumnya yang menyewa kamar ini. Bantal nya tampak kusam dan saya yakin sarung bantalnya sangat jarang di ganti, bekas para penginap yang kami tidak tau apa yang mereka lakukan di bilik temaram ini.
Maaf, saya langsung hilang minat. Saya segera berpamitan dan segera balik ke dalam mobil.
"Gimana?"
"Gak usah." Saya menjawab singkat dengan nada yang Egar sudah sangat memahami, intonasi yang mungkin maknanya seperti "Percaya saya!" dan tidak perlu di protes lagi.

Kami terus melanjutkan perjalanan ke Selatan.
Sudah jam 01.30 dini hari. Ada pom bensin besar yang saya yakin ini adalah SPBU terakhir sebelum semakin ke pelosok.





Birthday Cake and The Gift

Egar mengajak saya untuk pergi ke pemandian Pacet. Pemandian air panas yang bebrapa kali pernah kita kunjungi sebelumnya.