Sunday, February 15, 2015

Today is not mine.

Sabtu, 14 February 2014.


Happy Valentine Day.

Happy Engagement my Dearest.

Hari ini Egar melangsungkan acara tunanagan. Hari demi hari menuju pernikahan semakin dekat. Setiap prosesi satu persatu terlaksana, segala bentuk persiapan semakin tergenapi dengan baik.
Sebenarnya saya tidak berkenan untuk datang ke surabaya pada hari ini. Ini adalah acara yang sangat "keluarga".
Kami sudah membicarakan hal ini sejak beberapa minggu lalu. Saat perjalanan pulang dari Semarang ke Surabaya kami berdebat seru mengenai ini. Saya bersikeras tidak akan datang ke Surabaya saat acara tunangan Egar. Namun Egar memaksa saya dengan tegas agar tetap hadir. Beradu seru dengan argument masing masing tidak membuahkan sebuah keputusan yg di inginkan masing-masing pihak. Akhirnya sepanjang jalan dari kota Kudus di Jawa Tengah hingga Kota Jombang di Jawa Timur kami saling berdiam diri, tak ada obrolan lagi, tak ada tegur sapa meski masing masing disamping kita adalah orang yg kita sayangi.
Akhirnya Egar membuka pembicaraan lagi untuk benar-benar meminta agar saya datang. Akhirnya saya mau untuk datang ke Surabaya tapi tidak ikut menghadiri tunangan di Gedung yang sudah di tentukan. Baiklah, bagi saya itu Win Win Solution.

Acara dimulai jam 11 di Mercure Hotel, Jln Raya Darmo. Segala bentuk persiapan dan make up sudah membuat suasana rumah menjadi gaduh semenjak pagi buta. Keluarga Egar adalah keluarga besar, jadi suasana jadi sangat rame.
Dengan Setelan jas hitam dan kemeja warna Peach Egar terlihat begitu Elegan. Bener-bener seperti akan menghadiri acara maha penting mengingat keseharian nya dia selalu berpakaian cuek, santai dan sangat cassual.
Di dalam kamar, saya membantu Egar untuk merapikan rambutnya dan sedikit menata balutan kemeja yg dia pakai jika terlihat kurnag rapih.

"What did you feel like?" dengan suara lirih saya bertanya kepada Egar, mata saya  menyipit terfokus pada lengan kemejanya untuk mengaitkan kancing lengan yang ternyata lubangnya kekecilan.
"Gak tau, bingung." Dia menjawab, tiba-tiba secara reflek dia mencium bibirku. Sebentar namun sangat lembut. Konsentrasi saya mengancingkan lengan kemejanya buyar. Saya menatap mata Egar dengan dalam.
"Its ok. gak papa. Happy Valentine." saya menjawab nya dengan senyum.

Jam semakin siang. Saya membantu Egar merapikan kerah jas dan kemejanya. Berdiskusi ringan tentang sepatu mana yang lebih cocok, hitam atau coklat.

Sekitar jam 10.30 semua berangkat. Seisi rumah segera menuju Mercure. Saya memilih sendiri di rumah. Nonton tivi dan tidur siang. Toh acara hanya beberapa jam saja.

Saya terbangun, di ruang tamu sudah mulai gaduh kembali saat saya melongok jam menunjukan pukul 14.30. Ternyata semua sudah kembali. Saya keluar kamar untuk menemui Leya dan memberi selamat.
Saya mandi dengan segera karena Egar mengajak saya untuk keliling ke beberapa saudara dan teman nya untuk membagi kue tunangan, ternyata Leya juga ikutan.

"Happy Valentine day sigit, gimana harimu tadi siang di rumah? pasti boring?" Kata Leya memecah keheningan di dalam mobil.
"Dia gak mungkin boring dirumah, ada Wifi. Aku yakin dia lebih boring disini, didalam mobil ini" Egar tanpa permisi tiba tiba menjawab pertanyaan yang seharusnya miliku. Tapi gak papa, jawaban dia tepat.
"Hahaha iya, tidur siang lumayan nyenyak" Jawabku.
"Valentine gini bahaya, banyak cewek cowok seks bebas di beberapa hotel" kata Leya.
"Normal donk cie, cewek cowok haha" jawab ku menimpali.
"Jangan gak boleh, serem ih." Seloroh Leya.
"Sereman mana kalo sigit malah di kelonin cowok?" Egar mulai ikut-ikut.
"Mending di kelonin cowok. Sigit mending dikelonin sama kamu aja, aman. Daripada dikelonin cewek, bahaya, ntar malah macem macem". Leya menjawab Egar.
Saya dan Egar tercekat.

Minggu, 15 February 2015.

Hari ini terlalui dengan sangat santai.
Kami berdua bangun siang dan bermalas malasan di atas kasur hingga jam 11 siang.
Tak ada acara yg perlu di buru dengan tergesa. Hari ini hanya ke rumah beberapa teman Egar untuk mengantar kue tunangan yg semalam tak tuntas karena terlalu larut.
keliling berdua menghabiskan hari minggu menikmati sepanjang jalanan tanpa Leya serta saya bisa duduk di samping Egar yg sedang mengemudikan mobil adalah moment yg sudah mulai jarang akhir akhir ini, untuk ini saya bene-benar bersyukur.

"Loh Man..mana tunanganmu? Kok malah antar-antar kue sama dia haha" celoteh Lusy, salah satu teman Egar yg mmg terkenal ceplas ceplos.
Kami hanya tercekat dan kemudian tertawa lantang untuk menetralkan kondisi.
Saya sering sekali ketemu Lusy dan teman teman Egar lainya dari kantor lamanya dulu. Dari beberapa pertemuan terakhir selalu ada celoteh dari salah satu mereka yang bilang kenapa cewek nya gak pernah di ajak, kok malah Rezza yang selalu di tenteng-tenteng.
Entah apa yg dipikirkan mereka, namun selama ini Egar cuek cuek aja.

Beberapa teman Egar yang kami kunjungi hari ini mengisyaratkan hal yang sama meski setidaknya hanya picingan mata. Antar-antar kue tunangan tapi kok malah tunangan nya gak di ajak?.

Entahlah.
Persetan dengan semuanya.
Kami melupakan hal itu semua dengan berenang setelah capek berkeliling kota Surabaya.
Selalu, menenggelamkan kepala ke dalam air membuat pikiran saya jauh lebih tenang.