Egar selalu sukses menyatukan saya dan Leya dalam satu suasana. Melihat kita bisa berkumpul bersama bertiga membawa kelegaan tersendiri baginya.
Empat dari Lima hari di Surabaya kami habiskan jalan bertiga untuk kuliner, jalan jalan ke mall atau yang lain.
Jumat, 26 Desember 2014
Setelah Egar menunggu saya di dalam mobil yang diparkir tepat di depan masjid untuk Solat Jumat di daerah sekitar kenjeran, kami beranjak menuju rumah Leya. Hari ini kami pergi bertiga untuk memesan kue tunangan, agak ngantuk sebenarnya karena semalam Dinner bareng dengan semua temen SMP Egar di Ciputra World Mall dilanjutkan dengan acara Karaoke hingga larut malam. Egar memang punya banyak teman, dan di mall banyak sekali ketemu temannya baik dari SMA, temen kerja atau kuliah. Ternyata saya jauh lebih banyak mengenal teman Egar daripada yang di kenal Leya. Leya melihatnya agak aneh karena aku mengenal teman teman Egar yang tidak dikenalnya. Simplenya mungkin dia berpikir bahwa aku berteman dengan Egar lebih lama kali ya.
"Rezza ini luar biasa ya." celetuk Leya dalam mobil saat kami melaju menuju ke sebuah Toko Catering yang khusus menerima pesanan kue untuk acara tunangan.
"Kenapa Cie?" tanyaku dengan memanggil Cie Cie, sapaan akrab orang chinese.
"Kamu selalu hadir ya di setiap moment kami berdua. Dulu waktu kami pertama bertemu ada kamu, kami tengkar ya ceritanya ke kamu, keliling keliling cari persiapan merid juga sama kamu, nanti nikahan kamu juga harus datang." Dengan gamblang Leya menjabarkan semua, saya hanya diam.
"Dan nanti kalau kami punya anak dan akan liburan atau bepergian, kamu ikut kami aja Za, bantuin kami jaga ponakanmu hahaha" Egar menambahkan. Kamu masih saja memikirkan bagaimana caranya supaya kita tetap bisa bertemu meski kau sudah terpagari oleh tembok angkuh pernikahan. Tembok dingin berduri yang akan membatasi semua ruang gerak kita untuk bisa bebas menghabiskan waktu bersama.
"Hahaha, iyaa." saya hanya tertawa. Entah menertawakan apa.
Perbincangan tidak berlangsung lama karena kami sudah sampai tujuan. "Lani Cake" Special Engagement and Weeding Cake. Tempat ini konon terkenal karena kue kue tunangan yang enak.
Di luar hujan, kami bingung bagaimana untuk keluar ke tokonya karena payung hanya ada satu di mobil Egar.
Akhirnya Egar dan Leya turun duluan
"Za, tunggu disini dulu ya, nanti kamu aku jemput payung, aku antar Leya dulu" Kata Egar.
"Gak usah deh aku disini aja," saya menolak.
"Ikut!" dengan singkat Egar menegaskan.
Selang beberapa menit Egar kembali ke mobil menjemputku dengan payung.
"Dasar ya, memang kalian berdua selalu minta di manja" Kata Egar.
"Enak aja, aku di mobil aja deh daripada merepotkan, basah basahan gini"
"Eh jangan jangan, kamu ikutan ke dalam juga ya hehe." Egar memaksa halus.
Mereka memilih milih aneka jajanan untuk prosesi tunangan pada 14 Februari nanti.
"Aku suka ini."
"Aku lebih suka itu"
"Yang itu kurang enak deh"
"Ini bagus warnanya"
"Ini lucu bentuknya"
"Ini aja gak terlalu manis"
"Yang ini lumayan enak"
"Yang satu ini biasa aja"
Debat kecil antara mereka lebih seru dari gemuruh hujan di luar sana.
Tak terasa waktu sudah sore dan kami harus segera pulang untuk istirahat setelah aktifitas seharian.
Kami mengantar Leya dulu hingga ke rumahnya. Setelah Leya turun dari mobil dan Egar juga turun untuk mengantarnya hingga masuk gerbang, saya pindah posisi duduk yang awalnya di tengah pindah maju ke jok depan.
Saat saya baru mulai duduk dan menutup pintu, mata saya langsung menatap spion depan driver dan melihat Leya dan Egar berciuman.
Sabtu, 27 Desember 2014
Hari Sabtu saya menemani Egar pergi ke beberapa customernya karena hari ini dia tetap kerja. Menyelesaikan urusan pembayaran dan pergi ke bank untuk mengurus beberapa transaksi Giro.
Selesai dari itu semua kami pergi berenang.
Menenggelamkan kepala di dalam air adalah moment yang paling saya sukai. Dimana semua beban pikiran terasa larut bersama kaporit kaporit di dalam air kolam. Kepala terasa lebih dingin dan ringan. Hilang segala kalut.
Egar berniat tidak bersama Leya sepanjang sabtu ini, dia hanya ingin bersama ku saja. Semalam Leya ngotot agar di temani pergi ke arisan keluarga agar Egar bisa dipertemukan dengan keluarga besar Leya, namun Egar menolak.
"Zaa, leya gak jadi ikut arisan gara gara aku gak nemeni dia."
"Loh kok bisa?"
"Ya karena aku gak ikut, kayaknya sih aku mau di kenal kenalin sama saudara saudara dia. Akhirnya dia gak jadi datang arisan alasanya karena aku ada temen datang dari malang"
"Loh kok aku jadi alasan??"
"Aku ajak dia makan ya nanti, aneh kalo gak basa basi ajak dia keluar padahal dia batalin acara nya gara gara aku nolak di ajak. Apalagi alasanya karena kamu. Takut dia berpikir kesan nya aku lebih beratin kamu."
"Oke terserah"
Dan akhirnya kami makan bertiga. Hanya Gulai kambing di pinggir jalan di depan gang rumah Leya. Mungkin hanya sebagai syarat utnuk bertemu di malam minggu meski sebentar. Dan lalu kami berpisah.
Minggu, 28 Desember 2014.
Hari Minggu ini Leya dan saya diajak ke rumah Ama (panggilan nenek untuk orang chinese).
Ama nya Egar sudah sangat sepuh, namun usia 92 tahun tidak membuat pikun menyerang daya ingat nya.
Bicaranya masih lugas dan dari tiap ruas garis wajah nya jelas tergambar bahwa di usia muda nya dulu pasti berparas cantik.
Ama sedang menjahit di teras rumah saat kami datang. Mata nya yang jeli masih sangat awas jika hanya memasukkan benang ke dalam lubang jarum atau menggunting kain dalam potongan-potongan kecil.
Mengesankan.
Egar berkunjung untuk meminta nasihat tentang rencana tunangan nya yg tidak genap 2 bulan kedepan dan siapa saja keluarga yang harus di undang.
Setelah satu jam lebih di rumah Ama, kami melanjutkan pergi makan siang. Kali ini Leya ingin men traktir kami di Holycow. Resto steak yang bersebelahan dengan Boncafe tak jauh dari Tunjungan Plaza.
Enak sekali steak disini, sangat recomended hehe.
Kami melanjutkan untuk nonton di East Coast, mall ini searah jalan pulang dan dekat dengan rumah Leya di daerah Karangasem.
Leya tertarik sekali untuk menonton Exodus, setelah dia tau saya sudah menonton film itu dia langsung berniat menonton film lain. Saya sudah memintanya untuk tetap nonton film yg memang sudah di rencanakan, tapi dia ngotot memilih film lain yang kita semua memang sama sama belum pernah menonton. Ah Leya kau baik sekali. Akhirnya kami bertiga sepakat menonton The Night at Museum 3.
Kami duduk bertiga dan Egar berada di tengah. Ekor mata saya berkali-kali reflek melirik curiga kira kira apa yg sedang di lakujan Leya dan Egar.
Saya berusaha acuh, berusaha dengan keras, sangat keras. Namun adegan gandengan tangan sampai kepala leya tiduran di bahu Egar membuat saya tidak tenang.
Konsentrasi saya tertuju pada hal lain di luar film yang di tayangkan di depan hidung saya.
Dan saya hanya ingin pertunjukan bioskop ini segera di akhiri. Waktu berjalan sangaaat lamban.
Seusai nonton kami langsung pulang dan mengantar Leya.
Hati saya lega saat leya mulai turun dari mobil Egar dan menghilang di balik pagar rumahnya.
"Enak ya mesra-mesra an terus, di pepet terus" kataku ketus.
"Biasa aja, aku loh gak terangsang sama sekali. Gak tegang sama sekali. Aku malah mau minta tolong kamu untuk memegang pahaku tadi agar aku bisa tegang dan setelah itu aku pura pura gak sengaja menyentuhkan barang ku ke tangan Leya agar dia berpikiran aku bernafsu dengan nya" kata Egar.
"Gila.!" Serangku.
Senin, 29 Desember 2014
Lega akhirnya hari ini hanya aku dan Egar.
Tidak ada Leya.
Sebenernya sih saya oke oke aja, tapi entah mengapa saya agak kurang nyaman untuk bepergian bertiga, kadang masih ada canggung. Mungkin butuh sedikit waktu untuk adaptasi lagi agar sampai pada titik nyaman untuk berkumpul bersama.
Hari ini hanya berkeliling menemui beberapa customer dan makan siang lalu dilanjutkan dengan berenang di sore hari nya.
Hari yang sangat ringan dan santai. Dan lebih menyenangkan lagi hanya ada Egar dan saya.