Wednesday, December 31, 2014

Spending Time

Libur panjang kantor tiba, tidak ada planing untuk camping atau traveling sepanjang tanggal 25 hingga 29. Saya habiskan Liburan Natal 5 hari di Surabaya.
Egar selalu sukses menyatukan saya dan Leya dalam satu suasana. Melihat kita bisa berkumpul bersama bertiga membawa kelegaan tersendiri baginya.
Empat dari Lima hari di Surabaya kami habiskan jalan bertiga untuk kuliner, jalan jalan ke mall atau yang lain.

Jumat, 26 Desember 2014


Setelah Egar menunggu saya di dalam mobil yang diparkir tepat di depan masjid untuk Solat Jumat di daerah sekitar kenjeran, kami beranjak menuju rumah Leya. Hari ini kami pergi bertiga untuk memesan kue tunangan, agak ngantuk sebenarnya karena semalam Dinner bareng dengan semua temen SMP Egar di Ciputra World Mall dilanjutkan dengan acara Karaoke hingga larut malam. Egar memang punya banyak teman, dan di mall banyak sekali ketemu temannya baik dari SMA, temen kerja atau kuliah. Ternyata saya jauh lebih banyak mengenal teman Egar daripada yang di kenal Leya. Leya melihatnya agak aneh karena aku mengenal teman teman Egar yang tidak dikenalnya. Simplenya mungkin dia berpikir bahwa aku berteman dengan Egar lebih lama kali ya.

"Rezza ini luar biasa ya." celetuk Leya dalam mobil saat kami melaju menuju ke sebuah Toko Catering yang khusus menerima  pesanan kue untuk acara tunangan.
"Kenapa Cie?" tanyaku dengan memanggil Cie Cie, sapaan akrab orang chinese.
"Kamu selalu hadir ya di setiap moment kami berdua. Dulu waktu kami pertama bertemu ada kamu, kami tengkar ya ceritanya ke kamu, keliling keliling cari persiapan merid juga sama kamu, nanti nikahan kamu juga harus datang." Dengan gamblang Leya menjabarkan semua, saya hanya diam.
"Dan nanti kalau kami punya anak dan akan liburan atau bepergian, kamu ikut kami aja Za, bantuin kami jaga ponakanmu hahaha" Egar menambahkan. Kamu masih saja memikirkan bagaimana caranya supaya kita tetap bisa bertemu meski kau sudah terpagari oleh tembok angkuh pernikahan. Tembok dingin berduri yang akan membatasi semua ruang gerak kita untuk bisa bebas menghabiskan waktu bersama.
"Hahaha, iyaa." saya hanya tertawa. Entah menertawakan apa.

Perbincangan tidak berlangsung lama karena kami sudah sampai tujuan. "Lani Cake" Special Engagement and Weeding Cake. Tempat ini konon terkenal karena kue kue tunangan yang enak.
Di luar hujan, kami bingung bagaimana untuk keluar ke tokonya karena payung hanya ada satu di mobil Egar.
Akhirnya Egar dan Leya turun duluan
"Za, tunggu disini dulu ya, nanti kamu aku jemput payung, aku antar Leya dulu" Kata Egar.
"Gak usah deh aku disini aja," saya menolak.
"Ikut!" dengan singkat Egar menegaskan.

Selang beberapa menit Egar kembali ke mobil menjemputku dengan payung.
"Dasar ya, memang kalian berdua selalu minta di manja" Kata Egar.
"Enak aja, aku di mobil aja deh daripada merepotkan, basah basahan gini"
"Eh jangan jangan, kamu ikutan ke dalam juga ya hehe." Egar memaksa halus.

Mereka memilih milih aneka jajanan untuk prosesi tunangan pada 14 Februari nanti.
"Aku suka ini."
"Aku lebih suka itu"
"Yang itu kurang enak deh"
"Ini bagus warnanya"
"Ini lucu bentuknya"
"Ini aja gak terlalu manis"
"Yang ini lumayan enak"
"Yang satu ini biasa aja"
Debat kecil antara mereka lebih seru dari gemuruh hujan di luar sana.
Tak terasa waktu sudah sore dan kami harus segera pulang untuk istirahat setelah aktifitas seharian.
Kami mengantar Leya dulu hingga ke rumahnya. Setelah Leya turun dari mobil dan Egar juga turun untuk mengantarnya hingga masuk gerbang, saya pindah posisi duduk yang awalnya di tengah pindah maju ke jok depan.
Saat saya baru mulai duduk dan menutup pintu, mata saya langsung menatap spion depan driver dan melihat Leya dan Egar berciuman.


Sabtu, 27 Desember 2014

Hari Sabtu saya menemani Egar pergi ke beberapa customernya karena hari ini dia tetap kerja. Menyelesaikan  urusan pembayaran dan pergi ke bank untuk mengurus beberapa transaksi Giro.
Selesai dari itu semua kami pergi berenang.
Menenggelamkan kepala di dalam air adalah moment yang paling saya sukai. Dimana semua beban pikiran terasa larut bersama kaporit kaporit di dalam air kolam. Kepala terasa lebih dingin dan ringan. Hilang segala kalut.

Egar berniat tidak bersama Leya sepanjang sabtu ini, dia hanya ingin bersama ku saja. Semalam Leya ngotot agar di temani pergi ke arisan keluarga agar Egar bisa dipertemukan dengan keluarga besar Leya, namun Egar menolak.

"Zaa, leya gak jadi ikut arisan gara gara aku gak nemeni dia."
"Loh kok bisa?"
"Ya karena aku gak ikut, kayaknya sih aku mau di kenal kenalin sama saudara saudara dia. Akhirnya dia gak jadi datang arisan alasanya karena aku ada temen datang dari malang"
"Loh kok aku jadi alasan??"
"Aku ajak dia makan ya nanti, aneh kalo gak basa basi ajak dia keluar padahal dia batalin acara nya gara gara aku nolak di ajak. Apalagi alasanya karena kamu. Takut dia berpikir kesan nya aku lebih beratin kamu."
"Oke terserah"

Dan akhirnya kami makan bertiga. Hanya Gulai kambing di pinggir jalan di depan gang rumah Leya. Mungkin hanya sebagai syarat utnuk bertemu di malam minggu meski sebentar. Dan lalu kami berpisah.


Minggu, 28 Desember 2014.

Hari Minggu ini Leya dan saya diajak ke rumah Ama (panggilan nenek untuk orang chinese).
Ama nya Egar sudah sangat sepuh, namun usia 92 tahun tidak membuat pikun menyerang daya ingat nya.
Bicaranya masih lugas dan dari tiap ruas garis wajah nya jelas tergambar bahwa di usia muda nya dulu pasti berparas cantik.
Ama sedang menjahit di teras rumah saat kami datang. Mata nya yang jeli masih sangat awas jika hanya memasukkan benang ke dalam lubang jarum atau menggunting kain dalam potongan-potongan kecil.
Mengesankan.
Egar berkunjung untuk meminta nasihat tentang rencana tunangan nya yg tidak genap 2 bulan kedepan dan siapa saja keluarga yang harus di undang.

Setelah satu jam lebih di rumah Ama, kami melanjutkan pergi makan siang. Kali ini Leya ingin men traktir kami di Holycow. Resto steak yang bersebelahan dengan Boncafe tak jauh dari Tunjungan Plaza.
Enak sekali steak disini, sangat recomended hehe.

Kami melanjutkan untuk nonton di East Coast, mall ini searah jalan pulang dan dekat dengan rumah Leya di daerah Karangasem.
Leya tertarik sekali untuk menonton Exodus, setelah dia tau saya sudah menonton film itu dia langsung berniat menonton film lain. Saya sudah memintanya untuk tetap nonton film yg memang sudah di rencanakan, tapi dia ngotot memilih film lain yang kita semua memang sama sama belum pernah menonton. Ah Leya kau baik sekali. Akhirnya kami bertiga sepakat menonton The Night at Museum 3.

Kami duduk bertiga dan Egar berada di tengah. Ekor mata saya berkali-kali reflek melirik curiga kira kira apa yg sedang di lakujan Leya dan Egar.
Saya berusaha acuh, berusaha dengan keras, sangat keras. Namun adegan gandengan tangan sampai kepala leya tiduran di bahu Egar membuat saya tidak tenang.
Konsentrasi saya tertuju pada hal lain di luar film yang di tayangkan di depan hidung saya.
Dan saya hanya ingin pertunjukan bioskop ini segera di akhiri. Waktu berjalan sangaaat lamban.


Seusai nonton kami langsung pulang dan mengantar Leya.
Hati saya lega saat leya mulai turun dari mobil Egar dan menghilang di balik pagar rumahnya.
"Enak ya mesra-mesra an terus, di pepet terus" kataku ketus.
"Biasa aja, aku loh gak terangsang sama sekali. Gak tegang sama sekali. Aku malah mau minta tolong kamu untuk memegang pahaku tadi agar aku bisa tegang dan setelah itu aku pura pura gak sengaja menyentuhkan barang ku ke tangan Leya agar dia berpikiran aku bernafsu dengan nya" kata Egar.
"Gila.!" Serangku.



Senin, 29 Desember 2014

Lega akhirnya hari ini hanya aku dan Egar.
Tidak ada Leya.
Sebenernya sih saya oke oke aja, tapi entah mengapa saya agak kurang nyaman untuk bepergian bertiga, kadang masih ada canggung. Mungkin butuh sedikit waktu untuk adaptasi lagi agar sampai pada titik nyaman untuk berkumpul bersama.

Hari ini hanya berkeliling menemui beberapa customer dan makan siang lalu dilanjutkan dengan berenang di sore hari nya.
Hari yang sangat ringan dan santai. Dan lebih menyenangkan lagi hanya ada Egar dan saya.







Monday, December 22, 2014

having argue.

Ghara Febrian adalah teman baik saya dari kalimantan.
Dia "seperti kita" juga, dia berlibur ke Malang untuk mengunjungi saya dan boyfriend nya. Bf febrian orang malang yang bekerja di kalimantan yang sedang mudik menghabiskan cuti perusahaan hingga 2 minggu. Febrian orang yang ceplas ceplos dan energik. menjadi Pimpinan salah satu cabang di perusahaanya memang harus seperti itu kan?? harus cekatan.
Febrian kenal baik dengan Egar, memang mereka tidak pernah ketemu langsung, namun setiap saya dan febrian sedang ngobrol via telepon, si Egar selalu ikut ngobrol bertiga.
Febrian tipe pemberi saran yang baik, saran yang cerdas dan bisa diterima akal. Beberapa kali saya menceritakan hubungan saya dengan Egar kepadanya, bukan untuk apa apa, hanya untuk teman ngobrol dan siapa tau dia memberi nasihat baik yang membuat hati tenang. Well, dan hal itu selalu saya dapatkan. Saran yang dia beri, dan tentunya setelah saya filter, kadang smembuat saya menjadi jauh lebih tenang.
Kedatangan febrian kali ini tidak seperti sebelum sebelumnya dengan ribuan planing untuk pergi ke gunung, camping atau travelling bareng. Kali ini hanya sekedar di malang untuk nonton dan kegiatan kegiatan ringan saja, bagi dia ketemu dengan boyfriend nya sudah sangat cukup. Haha...

Egar berjanji akan pergi ke Malang saat Febrian datang, namun tiba tiba dia tidak ingin datang. Saya faham, mungkin dia khawatir Leya akan berfikiran macam macam. Dengan Egar selalu terbuka kepada Leya tentang kehadiranku setiap weekend akhir akhir ini menghadirkan sebuah kekhawatiran sendiri bagi Egar, namun dia tidak bisa berbohong.
Saya ke Surabaya tiap weekend tapi kok Egar sekarang ke Malang gantian mengunjungi saya, ada apakah?
Dan akhirnya Egar memutuskan untuk tidak pergi. Saya memaklumi.

Jumat malam lalu Febrian datang, saya langsung menemaninya untuk makan malam dan nongkrong ngopi bertiga dengan Bf nya. Hari minggu saya berencana ke Madiun karena ada acara nikahan teman kantor lama, teman baik, gak enak hati kalau sampai gak hadir. Karena waktu yang terbatas makanya saya langsung menyediakan Febrian waktu untuk menemaninya.
Egar seperti uring uringan karena saya gak datang Surabaya weekend kali ini. Dia menuduh saya seolah olah saya lebih mementingkan teman daripada dia.
Saya berusaha memberi pengertian, rencana Febrian datang ke Malang bukan berita kemarin sore, lagian Egar pun juga tau dari dulu dan dia pun menjanjikan akan berkunjung ke Malang saat dimana Febrian datang.
Saya menawarkan untuk ke Surabaya di minggu sore sepulang acara nikahan di Madiun. Jadi Jumat hingga Sabtu saya tetap menemani febrian.
Awalnya tidak ada sanggahan, namun tiba tiba Egar berkata,

"Mending gak usah datang surabaya deh kalo cuma sebentar,"
"Mending ketemu sebentar daripada gak sama sekali, oke deh kalo sabtu siang saya ke surabaya gimana?" saya membela diri dan mencoba menawarkan opsi lain biar kami tetap ketemu. Egar menyetujui.
Saya membayangkan akan sangat capek sekali, belum lagi minggu perjalanan jauh hingga sore ke acara resepsi pernikahan.
Namun Egar tiba tiba berubah pikiran,
"Kamu gak usah datang ke surabaya sekalian deh"
"Loh kenapa?? kan aku ke Surabaya sabtu siang."
"gak usah nanti kamu capek. Sebenernya aku pingin kamu ke Surabaya sore ini seperti biasa dan pulang ke Malang hari senin pagi kayak biasanya. Aku hanya ingin kamu memenangkan aku dari teman teman mu"
"Bukan nya main memenangkan atau dimenangkan, kamu tau kalo Febrian akan kesini dan aku sudah janji menemani, lagian hari minggu nanti juga ada acara kawinan, aku cuma ingin membagi waktuku  dengan baik agar tetap menepati janji untuk Febrian, menghadiri nikahan temen lama dan juga bisa tetep ketemu kamu. Mengertilah, moment ini tidak terjadi setiap hari." usahaku agar dia mau mengerti.
"Gak usah za, gak usah datang, aku pingin nya kamu datang jumat sore ini, kalo gak ya udah mendingan gak usah sekalian." Nada Egar sudah mulai meninggi.
"jangan gitu donk, harus ketemu lah" saya memohon.
"Gak perlu, kalo kamu datang besok siang pun aku kesusahan ngatur waktu sama Leya, susah baginya"
"OKE.!! atur saja Leya mu, mungkin aku sudah mulai menjadi parasit bagi kalian. Kamu memintaku untuk datang ke Surabaya dan memberikan semua waktuku untukmu, mengabaikan teman temanku tapi kamu tidak melakukan hal yang sama. Kamu tidak memberikan semua waktumu dan sibuk membagi-bagi dengan orang lain. Baik kalau itu maumu, saya gak akan datang ke Surabaya.!!" saya mulai meraung, saya menyadari sepenuhnya bahwa segala bentuk persiapan untuk pernikahan mereka akan memupuk kedekatan antara Egar dan Leya, banyak yang harus mereka diskusikan bersama, banyak yang harus mereka putuskan bersama. Saya percaya semakin lama saya harus lebih sadar diri dan mengurangi intensitas kehadiran saya di tengah tengah mereka.
"Oke! jangan pernah datang". tiba tiba Egar menutup telpon.

Saya tercengang beberapa menit.

Tak lama Egar telpon, beberapa kali, namun saya gak angkat, dia BBM agar telponnya di angkat. saya balas BBM dia "Jangan telpon aku."


Selama makan dan nongkrong denga febrian di Jumat malam dia BBM saya terus, saya faham dia khawatir karena saya pergi dalam kondisi emosi. Seperti ada penyesalan yang tersirat dalam setiap pesan BBM nya.
"Aku sayang kamu za" salah satu kalimatnya dalam pesan BBM.


Saya menghabiskan sabtu dengan Febrian, kami berangkat nonton jam 1 siang, Ngopi hingga larut semalaman membuat saya dan febrian bermalas-malasan untuk pergi keluar rumah pagi pagi.
Sabtu siang Egar telpon,
"Aku ke Malang ya za."
"Silahkan"
"Kamu gak ke Surabaya?"
"Gak perlu, kan gak boleh."
"Boleeeeeeeeeeeeeh, kamu selalu boleh datang ke Surabaya, aku siap-siap berangkat ke Malang sekarang ya" disaat yang bersamaan saya cek di BBM Egar tertulis status "KANGEN".

Egar selalu mewujudkan apa yang dia mau, tidak peduli siapa yang menghalangi. Saat dia ingin melakukan sesuatu maka akan dia lakukan, tanpa banyak bicara dan basa basi. Yang perlu dilakukan untuk menghilangkan rasa kangen adalah sebuah pertemuan bukan?

Egar sampai Malang jam 16.30, kami semua langsung ketemu di KFC Sarinah seusai nonton.
Kami ngobrol berempat  rencananya akan melanjutkan Karaoke hingga malam, rencana awal adalah ke Batu, tapi hujan yang dari tadi gak reda reda membuat kita terpaksa bikin Plan B.

"Leya marah marah, aku gak pergi ke rumahnya malam ini."
"Knapa? harusnya pergi aja" jawabku agak ketus,
"Kamu pasti faham, kangen ku ini membuat aku jauh-jauh ke Malang, menerobos hujan dan mengabaikan semua,"
"Terima Kasih banyak ya." saya memandangnya dalam, dia tersenyum tipis dengan sangat tulus.
"Za."
"Iya."
"Leya calon isteri ku, dan kamu adalah pacarku. Kamu sangat tau bagaimana perasaanku ke kamu. Jangan pernah jelous atau mendesakku untuk memilih antara kamu atau Leya. Selama ini aku berusaha keras agar kamu tetap bisa bersama ku meski ada Leya. Men-setting kondisi supaya setiap kehadiran mu di antara aku dan Leya adalah suatu hal yang wajar tanpa membuat Leya curiga dan berpikir macam macam. Bantu aku untuk itu." Saya bisa merasakan kata kata Egar ini benar-benar dari dalam hati dan serius


Keesokan minggunya, saya berangkat ke madiun pagi buta, dan Egar pun kembali ke Surabaya.
Karaoke hingga larut malam dan bangun terlalu pagi membuat dia ngantuk dan kecapekan sesampai Surabaya. Dia langsung tidur dan tidak pergi menemui Leya sama sekali sepanjang hari minggu ini.


Friday, December 12, 2014

Little things.

Saya, Egar dan Leya ke Tunjungan Plaza semalam,  ada Bridal Exhibition dan Leya yang paling excited untuk hal ini. Gaun pengantin, setelan tuxedo pria, wedding ring, aneka perrnak pernik souvenir pernikahan, wedding cake, hingga anake paket kue dan jajanan untuk  acara tunangan nantinya. Semua gerai sudah di sambangi satu persatu, detail segala pertanyaan ini itu telah dilayangkan dan setumpuk brochure plus katalog sudah ada di genggaman tangan untuk PR dirumah nanti sebagai bahan pertimbangan.

Setelah itu, kami diner bertiga. Karena dalam rangka traktiran Ultah saya beberapa waktu lalu, Leya membawakan kado sebagai hadiah ulang tahun. Terima Kasih banyak. Dia Wanita yang sangat baik. Ada kartu ucapan dalam kado itu yang terjatuh saat saya berusaha membuka bungkusan hadiah itu., kemuadian saya membacanya:.

"Pasti isinya "Rezza, tolong jangan rebut suami ku.", Egar becanda dg tawa terkikih.
"Enak saja, Leya yang merebut.!!, dia orang baru yang tiba tiba akan membawamu pergi dariku." sahutku sewot.
"Haha, aku tidak membayangkan kalau Leya tau ternyata Suaminya berSuami."

Leya kembali dari toilet, dan saya mengucapkan terima kasih sekali lagi serta mengomentari ikat pinggang Hush Puppies pemberian dia, saya suka sekali modelnya.
Leya juga mengajak saya untuk barberque party di halaman rumahnya menyambut tahun baru 2015 nanti. Saya belum bisa menjawab karena sudah ada planing untuk menghabiskan malam tahun baru di rumah saja dengan keluarga, Bakar beberapa ekor ayam seperti tahun lalu sepanjang malam sambil menyantap seporsi besar es krim dan senampan kentang goreng bersama keluarga adalah moment yang tidak kalah hangat.

Saya khawatir lama lama Leya akan  mengendus ada sesuatu yang aneh antara saya dan Egar selama ini, mengingat dia 
mengetahui frekuensi saya yang sangat sering ke surabaya. Kasihan kalau ada apa apa dengan hubungan mereka hanya karena hal ini.
Dari dulu memang saya selalu ke Surabaya tiap weekend, kadang di tengah minggu, Selasa atau Rabu petang sepulang kerja saya langsung cabut Surabaya saat kami bener-bener kangen dan pingin ketemu.
Tapi dulu kan hal ini tidak pernah di ketahui Leya. Dia tidak pernah tau kalau saya datang setiap minggu dan meniduri calon suaminya. Setau dia adalah saya hanya sesekali datang ke Surabaya dalam 3 atau 4 bulan.
Namun kali ini Egar selalu menceritakan kedatangan saya ke Surabaya dan mencari ribuan alasan penyebab saya datang, Egar berfikir akan jauh lebih parah efeknya jika saya tiba-tiba datang dan menginap di rumahnya lalu Leya mengetahui hal ini dengan sendirinya tanpa ada declair dari kami sebelumnya, akan tampak lebih mencurigakan dan terkesan ada sesuatu yang disembunyikan.

Egar benar-benar orang yang berani, kadang saya yang khawatir-khawatir sendiri dengan hal ini. Resiko terburuk yang akan terjadi jika semua terbongkar akan sangat parah imbasnya. Egar masih tetap meminta saya datang ke Surabaya agar kami selalu bertemu, mengharukan, bukan?
Egar tipe orang yang sangat komitmen dan menjaga apapun yang dia punya, baik benda ataupun seseorang. Dia berbuat total untuk mempertahankan apa yang perlu dia pertahankan. Meski dia tipe orang pemarah, tempramental dan mengucapkan "i love you" dengan membentak, tapi dia orang yang sangat perhatian dan memahami detail pasangannya. Setiap kami berdua habis bertengkar tentang suatu hal, maka dikemudian hari dia tidak akan pernah mengulangi lagi apa yang menjadi penyebab pertengkaran kami sebelumnya, takkan pernah mengulangi sekalipun.
He note has to be noted.

Dia selalu mengganti sikat gigi saya yang bulu-bulu nya sudah peyot, saya kadang malas dan lupa ganti sikat gigi baru, saat saya pergi ke kamar mandi tiba tiba saya menemukan sikat gigi saya sudah kembali baru.
Atau saat saya berada di dalam mobil duduk disampingnya yang sedang menyetir, dan dia melaju dengan kecepatan tinggi lalu tanpa sengaja melewati jalan berlubang atau polisi tidur, seketika tangan kirinya langsung reflek menahan ke atas pangkuan saya, seakan berkata tanpa verbal "sori, semua baik baik aja kok".
Atau dia memberikan bantal di pelukan dan leher saya saat saya duduk teridur didalam mobil  sepanjang perjalanan dari atau menuju jogja dan semarang.
Yang lebih lucu adalah saat weekend beberapa bulan lalu, dia menjemput saya di terminal bungurasih seperti biasa saat saya datang dr Malang, kali ini Egar menjemput saya dengan motor karena ada troble dengan mobilnya,segera saya menemui dia di parkiran motor:

"Nih, pakai" dia membuka jaketnya dan menyerahkan ke saya untuk dikenakan.
"Gak usah pakai aja, aku kan yang di bonceng." saya menolak jaket pinjaman dia, dia tau pasti saya gak bawa jaket seperti biasanya. Naik bis dari Malang ke Bungurasih lalu dijemput Egar dengan mobil membuat saya terbiasa tidak membawa jaket saat ke surabaya.
"Pakai aja, kamu lebih butuh"
"Gak usah, kamu yang di depan dan kena angin, pasti lebih dingin" tolakku, berada di belakang punggung nya saya rasa sudah jadi alasan kuat mengapa saya tidak perlu pakai baju penghangat.
"Pakai aja.!" Nadanya sudah mulai meninggi, saya pun mengulurkan tangan. Beberapa orang disekitar kami sempat memperhatikan adegan alay dua cowok yang saling memberi perhatian. Drama tak lazim bagi kebanyakan.

Sepanjang perjalanan saya protes karena Egar terlalu berlebihan, banyak orang yang melihat ke arah kami tadi membuat saya malu dengan sendirinya.

"Tadi dilihat banyak orang, malu-maluin" protes ku.
"Biarin aja, biar kamu pakai jaket". jawab Egar cuek. Dan dia memang selalu cuek.
"Kamu kan yang nyetir, lebih butuh baju tebal." saya masih tidak mau kalah.
"jangan bantah, kamu lebih butuh. Aku lebih kuat". Dia mengerti saya kurang tahan dengan angin. Dingin sih oke, tapi kalau angin saya nyerah deh.

Tiba tiba motor kami melewati jalan berlubang, spontan tangan Egar mendekap kebelakang lalu melingkarkannya melewati punggung saya dan memastikan saya tetap baik baik saja. Dan saya pun merapatkan dada saya ke punggung dia.




Wednesday, December 10, 2014

Eat, Pray, Traveling and Laugh. Thats all what i need, nothing else!

Disela jam makan siang Egar menelpon.
Hanya sekedar ingin ngobrol ringan tentang bagaimana kerjaan sehari ini atau menu makan siang masing-masing.
"Eh za, nanti sore Leya ke rumah, mau bawa makanan, dia masak buat aku. Biarin deh ya, aku capek menghindar. Bagaimanapun dia calon istriku, masak mau di hindari terus"
Selama ini Egar memang menghindar dari Leya. Leya betah berlama-lama jika sudah bertamu ke rumah Egar. Dan Egar males akan hal itu.
Dia selalu ngeles dengan berbagai alasan. Pulang lebih sore dari kerjaan lah atau tak jarang dia sengaja pamitan tidur dan tidak menemui Leya di ruang tamu
Egar jauh lebih sering membawaku bermasyarakat daripada Leya. Egar membawaku pertemuan atau reuni ke teman SD, teman SMp, temen SMA, temen Kuliah, Temen kantor lama, temen kantor yang sekarang. Membawaku keliling kota untuk urusan kerjanya dan juga mengajak ku ke setiap Undangan pernikahan Teman dan Kerabatnya, kadang saya merasa canggung karena usia saya yang jauuh lebih muda daripada komunitas-komunitas Egar itu, but Goes it flow.
Hari Minggu lalu saya pergi dengan Egar menghadiri pernikahan teman kerjanya. Dia tidak membawa Leya bersamanya. Agak aneh memang jika selalu ada pertanyaan yang di lontarkan kenapa dia membawa teman cowok nya "Kemana cewekmu man?". Tapi Egar hanya menanggapi dengan jawaban jawaban santai dan cuek. Itulah Egar, tidak pernah ambil pusing.

Saya sangat menyayangi Egar.
Di dekatnya saya merasa aman. Merasa tidak ada yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan.
Beberapa minggu lalu saya defence dengan kondisi kita, tentang planing nya menikah. Saya selalu tampak uring uringan setiap tau dia membahas hal itu. Hal ini membuat Egar tidak terbuka  lagi dengan saya, tidak menceritakan apapun di depan saya segala tentang event nya berhari hari. Saya kurang suka dengan ini, tidak ada sharing blak blakan seperti dulu, ada yang di tutup tutupi dan disembunyikan. Akhirnya saya bersikap terbuka, berusaha ikhlas dan tampak biasa saja setiap ada topik pembicaraan pernikahannya, dan sukses, Egar kembali seperti sedia kala. Menceritakan ini itu tentanf Leya, reaksi keluarganya dan keluarga Leya, segala kendala pernikahannya dan banyak lagi.
Saya sangat faham kalau dia juga jenuh dengan semua ini. Saya merasakan hal itu. Pernikahan baginya adalah momok, tapi di sisi lain juga sangat menyenangkan karena dia membayangkan akan punya anak kecil yang lucu nantinya.

ikhlas..ikhlas..ikhlas..

Di setiap sujud terakhir dalam sholat, saya selalu berlama lama membisikkan nama Egar dalam doa saya. Ini serius. Semoga hubungan baik ini bisa terjaga hingga masing masing dari kami menua. Semoga saya dan dia selalu diberikan kekuatam hati dan pikiran, ketenangan hati dan pikiran. Apapun yang sedang terjadi pasti adalah hal terbaik yang sudah direcanakanNYA.

Dengan ikhlas maka akan membuat hati saya lebih tenang, dan jalan Egar semakin lancar menuju pernikahannya, Dia tidak perlu memikirkan saya lagi karena saya sudah tampak lebih stabil dan happy. Dan yang paling penting saya harus lebih banyak makan, tidak perlu banyak pikiran ini itu, hati tetap dalam kondisi good mood apalagi Denta dan teman teman yang lain selalu ada untuk tertawa bersama.

Terima Kasih Allah. Tolong selalu tenangkan hati saya.
Saya mensyukuri apapun yang terjadi hingga hari ini.

Bubay Sorrow...
Eat, Pray, Traveling and Laugh. Thats all what i need, nothing else!









Kawah Ijen

Saya, denta dan beberapa teman kantor menghabiskan weekend ke kawah Ijen di Banyuwangi.
Weekend ini beda dari biasanya yang selalu saya habiskan bersama Egar.
Mungkin saya harus mulai terbiasa dengan ini. Melalui akhir pekan sendiri tanpa dia dan berusaha menata hati. Beberapa minggu terakhir begitu berat. Perjuangan saya untuk menerima kenyataaan yg sedang terjadi begitu sulit. Beradaptasi dg kondisi yang ada dan tetap bersikap biasa biasa saja. Egar dan Leya semakin seru mendebatkan ini itu segala tentang pernikahan mereka. Mendengar topik topik pembicaraan itu jauh lebih buruk daripada mendengar radio bersuara sumbang yang kesulitan menangkap gelombang. Atau melihat mereka berdua bergandengan tangan dan melihat Leya bermanja dengan merapatkan tubuhnya ke tubuh Egar dengan canda dan tawa lirih adalah pertunjukan drama terburuk yg pernah saya tonton setiap kita keluar bertiga. Egar beberapa kali komplain karena saya menjadi lebih kurus akhir akhir ini, bagaimana tidak? dalam  3 minggu terakhir berat badan saya turun 3Kg. Dia selalu mengingatkan saya untuk tetap makan teratur dalam  porsi besar seperti dulu. Tapi rasanya saya selalu kehilangan selera. Atau saat saya memaksa diri agar makan banyak tetap saja gak ada efek, pikiran saya yang tak karuan menjadi beban yang membuat saya menjadi lebih kurus. Dari dulu, ya itulah diri saya, tak perlu diet ketat atau olahraga keras jika ingin kurus, cukup cari bahan yang bisa dijadikan beban pikiran dalam waktu lama dan alhasil berat badan akan menurun signifikan dengan sendirinya. Tapi tidak masalah, saya sudah mulai membiasakan diri akan situasi ini.


Egar akan bahagia dengan memiliki sebuah keluarga dan anak. Menyaksikan darahnya tidak berhenti mengalir dan memiliki keturunan lucu yang berlarian dengan teriakan teriakan gaduh di setiap sudut rumahnya sepanjang hari.
Egar akan bahagia. Egar akan bahagia. Egar akan bahagia.
Itu sugesti yang selalu saya bisikan ke dalam kepala saya sehingga saya selalu menjadi lebih tenang, lebih legowo.


Gunung memang tampat favorit saya untuk menenangkan diri, dari dulu.
Menyegarkan badan dan pikiran.
Bagi saya kadang gunung itu semacam candu. Saya memang bukan expert dalam outdoor sport, tapi setiap saya pergi ke gunung, saya selalu ketagihan untuk datang kembali. Merasakan dingin hingga menggigil, Merasakan punggung menjadi basah karena kelelahan melalui medan dengan membawa carrier di pundak, merasakan aroma daun-daun basah yang kadang membelai pipi dan hidung kita saat kita melewati hutan yang masih rimbun, menundukan tubuh saat melewati pohon yang tumbang di tengah jalan setapak, dan yang paling favorit adalah menikmati indomie soto panas rame rame bareng temen di tengah tengah udara yang dingin.

Kami sampai di pos perijinan gunung ijen 03.30 dini hari, dengan harapan agar bisa puncak saat sunrise. Pendakian hingga puncak memakan waktu 1-2 jam tergantung kecepatan jalan masing masing orang.
Trek masih gelap gulita. Berjalan melalui hutan dengan pepohonan rimbun kanan dan kiri bukan hal baru lagi bagi saya. Saya sering melakukan pendakian ke Gunung Panderman di Kota Batu belasan kali sejak SMA dan pendakian selalu dilakukan jam 12 malam, dengan jarak tempuh 5 jam untuk sampai puncak dan kondisi hutan nya jauh lebih rimbun dari ijen.
Sebelum meninggalkan pos perijinan dan mulai melangkah memasuki hutan, Denta memandang saya yang mungkin seolah-olah artinya "jalan malam lagi ya akhir nya."
Saya dan Denta mendaki ke Semeru beberapa bulan lalu, hanya berdua.
Kami berangkat pada jumat pagi dini hari dan sampai di Ranu Pani, desa terakhir dan pos perijinan untuk pendakian pada jam 8 pagi.
Start kami pagi ini adalah brgkat dari rumah nenek Denta di daerah Wajak. Masih butuh 2 jam lagi perjalanan yang dibutuhkan untuk menuju desa terakhir Ranupani. Perjalanan 2 jam yang menakjubkan kami lalui dengan naik motor, kami melewati indahnya teras iring yang di buat oleh para petani di lereng lereng gunung di Desa Ngadas yang kami lalui, kebun sayur mayur yang indah dan kabut kabut tipis di antara lembah lereng-lereng itu. Melewati Lembah Jemplang pada jalur simpangan antara Gunung Semeru dan Bromo, lembah menawan dengan uliran uliran relief punggung gunung yang tegas.

Kami berdua baru memulai pendakian pada pukul 9 pagi setelah rampung menyelesaikan segala urusan administrasi dan perijianan di pos pendakian Desa Ranupani.
Dan dari sini perjalanan dimulai dengan melangkah.
Kami melalui trek dengan jalan santai.
Menikmati hutan dan merasakan tangan kami menyentuh daun daun yang masih basah karena embun semalam.
Ngobrol dan bercanda sepanjang jalan, dan sesekali istirahat beberapa menit untuk minum atau makan biskuit.

Akhirnya kami sampai pada Danau Ranu Kumbolo pada 14.00. Sebuah danau yang berada pada ketinggian 2400mdpl.

Tempat ini adalah favorit bagi para pendaki semeru. Keberadaan air jernih danau yang sangat melimpah menjadi alasan knapa banyak pendaki yang mendirikan tenda untuk bermalam atau hanya singgah istirahat selama pendakian.
Kami memutuskan untuk istirahat makan siang di tepi danau ini. Masak mie soto panas dan menyantap beberapa camilan bekal kita sambil menikmati indahnya ranukumbolo adalah moment mahal yang tidak kami miliki setiap hari. Sharing dan saling banyak menceritakan apapun dari masing masing kami menambah suasana semakin teduh.
Melihat permukaan danau yang sangat tenang dengan permukaan air yang beriak lembut karena tiupan angin, serta kabut kabut tipis yang melayang layang pelan tak jauh dari atas permukaan danau. Disini, tempat dimana kamu bisa melihat awan berjalan bergerak di depan hidungmu.
Perfect kan?

Setelah istirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Kalimati.
Kami berangkat dari ranukombolo jam 14.30 dengan estimasi sampai di kalimati 17.30.
Kami melewati padang ilalang yang indah.
Hamparan bunga berwana ungu terbentang luas saat kita melewati padang Oro-oro Ombo.
Begitu romantis tempat ini. Saya kurang tau apa nama bunga warna ungu yg membentangini? Mungkin sejenis lavender atau apalah.
Kami sibuk mengambil foto, baik pemandangan ataupun selfie. Hehe.

Setelah Oro-Oro Ombo kami melewati hutan Cemoro Kandang. Hutan cemara yang medan nya menanjak teruuuus.
Melelahkan.
Hari sudah semakin sore, tapi kami masih di dalam hutan dan belum ada tanda tanda kita sampai di perkemahan Kalimati.
Kondisi kami kelelahan. Jalan saya sudah mulai melamban dan nafas mulai tak teratur.
Denta beberapa kali mengalami kram di kaki. Hal ini pertama kali bagi dia.
Dia panik saat kram karena belum pernah merasakannya. Kram di kaki sangat menyiksa, otot terasa di pelintir dan seolah-olah tulang mencuat keluar. Dan Denta butuh waktu 10-15 menit untuk mengistirahatkan dan melemaskan kakinya saat kram terjadi. Jika sekali saja kram, maka kram akan kambuh lagi berkali kali, karena kaki dipakai untuk berjalan terus.
Hari semakin gelap. Kita masih di dalam hutan. Tidak ada rombongan pendaki lain di belakang maupun di depan kami, sedangkan langit semakin gelap. Kami semakin panik.
Kami mulai mengeluarkan senter untuk menerangi jalan setapak yang mulai remang.
Kami berdua hanya sendirian di hutan ini. Denta belum pernah pendakian ke Semeru hingga sejauh ini, kami merencanakan akan ke Puncak kali ini.
Sedangkan saya selama ini hanya sampai ranukumbolo saja kalau ke Semeru. Dulu pernah hingga Kalimati, tapi sudah 6 tahun lalu. Agak lupa trek nya apalagi kondisi malam begini.
Mulut pun sibuk komat kamit membaca semua doa yang kami bisa.
Kami ketakutan tapi tidak ada pilihan kecuali harus terus berjalan. Mendadak kaki Denta seperti tidak pernah kram, tidak kambuh lagi dan mampu berjalan cepat nyaris berlari.
Kemudian kami keluar dari hutan dan memasuki semacam padang ilalang. Suasana lebih terang karena cahaya bulan bisa kami rasakan. Tapi itu tak berlangsung lama, kami memasuki hutan kembali, gelap.
Tak ada lagi temaram cahaya bulan yang jatuh hingga menyentuh jalan setapak yg kami lalui.
Kami terus berjalan di hutan yang asing ini. Hanya mengikuti trek yang sudah ada dan berharap itu jalan yang benar.
Akhirnya di ujung jalan kami melihat beberapa kelip lampu yang berpendar redup. Itu adalah lampu dari dalam tenda para pendaki. Akhirnya kami sampai juga di perkemahan Kalimati setelah dag dig dug berjalan malam.


Mungkin perjalanan malam di dalam hutan adalah sesuatu yg tak terlupakan bagi Denta, hingga saat ia mengulangi kembali moment ini di pendakian Kawah Ijen kali ini, dia merasakan kembali apa yang dia rasakan dulu.
Tenang sobat, kita tidak hanya berdua sekarang, banyak teman teman lain toh kali ini.
Pendakian ijen cukup melelahkan. Trek nya menanjak konstan tanpa ada medan landai.
Akhirnya kami sampai puncak pukul 05.30 wib.
Kami ketinggalan sunrise. Langit sudah benderang saat kita berada di puncak ijen.
Tapi kekecewaan ini kontan terhapus saat kami melihat betapa menakjubkannya kawah ijen.

Warna kawah yang hijau menyala diterpa cahaya pagi.
Kepulan asap kawah dan para bapak penambang belerang tradisonal dengan pikulan pikulan keranjang di bahu mereka membuat suasana pagi kali ini semakin dramatis.
Ada hutan mati dengan dahan dahan kering menghitam di sini. Sangat indah untuk background foto.

Teman teman...terima kasih banyak untuk perjalanan kali ini. Keindahan ijen dan keindahan tawa kalian begitu mujarab mengobati sejenak hati saya.