Ikhlas itu begini:
Kau tetap merawat kepompong hingga menjadi kupu-kupu, meskipun kau sadar bahwa yang bersayap pastilah terbang.
Sunday, November 30, 2014
Friday, November 28, 2014
He is making.
Tetap dihari yang sama, Minggu, 23 November 2014.
Seusai magrib Leya menelpon Egar, dari obrolan mereka saya menangkap ada sedikit kekecewanan dalam nada suara yang saya dengar.
Pernikahan tidak bisa dilaksanakan pada 6 Juni 2014, ada saudara sepupu Leya yang telah merencanakan pernikahan di tanggal yang sama, dan mereka lebih dulu jauh hari mempersiapkan dan sudah melunasi beberapa Dawn Payment untuk kebutuhan ini itu, walhasil mereka harus menunda pernikahan.
Alhamdulillah.
Tuhan, Engkau memahami hati saya tanpa saya harus mengucapkan permintaan didalam doa saya.
Spontan saya gembira. Pernikahan ini tidak di batalkan, hanya ditunda beberapa waktu. Tapi entah mengapa saya sangat senang. Maaf bukannya saya egois, tapi saya faham pasti Tuhan merencakan sesuatu yang jauh lebih baik. Ada alasan kenapa pernikahan tidak bisa digelar 6 Juni. Pasti ada waktu yang lebih baik yang sudah disiapkanNYA. "He is making.."
Egar dan Leya mengusulkan 10 Oktober dan 12 Desember sebagai tanggal pernikahan yang akan diajukan pada pertemuan 2 keluarga yang rencana akan dipertemukan Senin besok.
Senin, 24 November 2014,
Seperti biasanya sepulang kerja mulai jam 7 telponan berjam-jam jadi habit kami, namun kali ini lebih banyak diam..dia menonton tivi di sana...dan saya juga menonton tivi disini. Sesekali tertawa lirih bersama atau berkomentar tentang acara di chanel tivi yang kita tonton bersama.
Leya dan Egar beserta keluarga memutuskan tangga 17 Agustus 2015 sebagai hari pernikahan mereka nanti.
no comment.
Beberapa bulan lalu saat Egar ke jakarta untuk melayat paman nya yang meninggal, Samsung Note dia hilang dan terjatuh saat perjalanan dari rumah duka ke penginapan. Gadget semacam itu bukan barang murah saat ini, apalagi didalamnya banyak file file yang berhubungan dengan pekerjaan, kantor, data penjualan, invoice dan beberapa transaksi bank. Dia bener bener drop dan menyesal dengan apa yang terjadi seharian itu. Egar sangat sedih.
Malam jam 7 seharusnya kami telponan seperti biasanya. Namun kali ini tidak. "Za, aku gak tidur hotel, hemat, aku tidur kos Johan. Ini aku mau makan bareng sama dia bentar ya." Dia berpamitan. Johan adalah temen marketing nya dia, Jika Egar handle sales untuk area Surabaya dan Jawa Tengah., Johan memegang area sales untuk Jakarta.
Satu setengah jam berlalu, tidak ada kabar. Saya menelponnya hingga belasan kali tidak ada jawaban. Hingga akhirnya ada suara di seberang sana,
"Halo za, sori sori tadi hapeku aku titipin di dalam tas Johan. Ini udah selesai, mau jalan ke kos Johan lagi"
"Oh oke, makan apa?" tanya ku.
"Makan nasi goreng pinggir jalan, makanya berisik gak kedengaran bunyi telpon mu, Johan malam ini nginap di rumah kakak nya, aku sendirian di Kos dia"
Kami melanjutkan obrolan seperti biasa hingga malam, sampai masing-masing dari kami tertidur.
Keesokan lusa nya, saya ke Surabaya menemui dia. Dia tiba tiba meminta maaf,
"Za, maaf, kemarin waktu di jakarta aku nakal, aku pergi ke tempat sauna di daerah Talang Betutu. Aku pingin refreshing aja dan, serius tolong percaya aku, disana aku gak macam macam kok."
"9M Sauna?" Saya setengah ragu menyebutkan nama itu. 9M adalah tempat Sauna yang sangat terkenal bagi kaum Gay. informasi tentang Sauna and Massage for Men ini banyak di tulis di internet. Dimana hampir semua pengunjung tempat ini adalah Gay. Mereka sauna dan mandi bersama, saling mempertontonkan tubuh mereka dengan tanpa balutan sehelai benang pun. Lekuk tubuh yang indah dan atletis sangat membanggakan bagi pemiliknya, dan sangat menyenangkan bagi siapa saja yang melihatnya. Mereka saling berinteraksi satu sama lain di dalam ruang sauna atau di lorong-lorong tempat itu. Berkomunikasi secara verbal maupun fisik. Saling menyentuh dan meraba hingga bagian-bagian paling intim yang memang sengaja mereka pertontonkan tanpa malu. Banyak kabar yang beredar tak jarang mereka yang baru saling kenal saat itu langsung berhubungan badan di tempat dan dilihat para pengunjung lain. Tak heran jika banyak kondom tercecer di beberapa sudut ruangan, mungkin tempat sampah sudah tak mampu menampung.
"Hah??!!, pas kapan?? kok kemarin gak ada bilang aku mau ke tempat sauna?? emang pas kapan nya?" saya agak tidak percaya karena kemarin saya tau betul apa yang dilakukan dia di Jakarta, kami kontak terus dan saling kasih kabar. mana mungkin dia bisa mencuri waktu pergi ke tempat tempat yang kurang bener.
"Kemarin waktu aku bilang makan malam bareng Johan, sebernya aku sauna, dan kemarin waktu aku bilang nginep di kos johan sebenernya aku nginep hotel."
"Apa? wah dari tempat sauna, terus booking hotel, bagus ya. Dapat teman tidur donk?!" nadaku mulai meninggi.
"Gak lah, aku tidur sendirian, toh habis sauna aku langsung telponan sama kamu sampai malam, sampai kita ketiduran."
"Mana aku tau, kondisi bisa kamu skenario sesukamu, kita berada dalam jarak jauh, aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Tidak bisa membuktikan apa yang sedang kamu katakan memang benar adanya." serangku.
"Za, plis mengertilah..."
"Mengerti apa? segala ucapanmu selama ini tentang kejujuran adalah sampah.!" Saya sudah emosi, tapi masih ada dalam hati saya unutk mengontrol emosi. Kejujuran. Kejujuran yang dia katakan itu nilai yang tak terbayar. sangat mahal. Dia tau mungkin saya akan sangat marah dengan informasi ini. Namun dia dengan berani tetap menceritakan ke saya apa yang terjadi. Ada dorongan dalam hatinya untuk selalu jujur, memendam dan menutup-nutupi sesuatu bagi dia seperti menyimpan kotoran.
"Za, aku kehilangan Note ku saat itu, kehilangan hal penting, dan itu berarti banyak. Aku benar-benar kalut dan gak tau harus berbuat apa. Aku hanya ingin menenangkan diri. Itu saja."
Egar, sampai segitunya caramu untuk menenangkan diri kaena kehilangan Note mu.
Tahukah kamu, betapa berantakan nya saya, betapa saya butuh ketenangan karena saya akan kehilangan sesuatu juga. Bukan lagi benda, tapi seseorang.
Tapi biarlah, saya menaruh hormat atas segala sesuatu yang sudah kamu putuskan.
Seusai magrib Leya menelpon Egar, dari obrolan mereka saya menangkap ada sedikit kekecewanan dalam nada suara yang saya dengar.
Pernikahan tidak bisa dilaksanakan pada 6 Juni 2014, ada saudara sepupu Leya yang telah merencanakan pernikahan di tanggal yang sama, dan mereka lebih dulu jauh hari mempersiapkan dan sudah melunasi beberapa Dawn Payment untuk kebutuhan ini itu, walhasil mereka harus menunda pernikahan.
Alhamdulillah.
Tuhan, Engkau memahami hati saya tanpa saya harus mengucapkan permintaan didalam doa saya.
Spontan saya gembira. Pernikahan ini tidak di batalkan, hanya ditunda beberapa waktu. Tapi entah mengapa saya sangat senang. Maaf bukannya saya egois, tapi saya faham pasti Tuhan merencakan sesuatu yang jauh lebih baik. Ada alasan kenapa pernikahan tidak bisa digelar 6 Juni. Pasti ada waktu yang lebih baik yang sudah disiapkanNYA. "He is making.."
Egar dan Leya mengusulkan 10 Oktober dan 12 Desember sebagai tanggal pernikahan yang akan diajukan pada pertemuan 2 keluarga yang rencana akan dipertemukan Senin besok.
Senin, 24 November 2014,
Seperti biasanya sepulang kerja mulai jam 7 telponan berjam-jam jadi habit kami, namun kali ini lebih banyak diam..dia menonton tivi di sana...dan saya juga menonton tivi disini. Sesekali tertawa lirih bersama atau berkomentar tentang acara di chanel tivi yang kita tonton bersama.
Leya dan Egar beserta keluarga memutuskan tangga 17 Agustus 2015 sebagai hari pernikahan mereka nanti.
no comment.
Beberapa bulan lalu saat Egar ke jakarta untuk melayat paman nya yang meninggal, Samsung Note dia hilang dan terjatuh saat perjalanan dari rumah duka ke penginapan. Gadget semacam itu bukan barang murah saat ini, apalagi didalamnya banyak file file yang berhubungan dengan pekerjaan, kantor, data penjualan, invoice dan beberapa transaksi bank. Dia bener bener drop dan menyesal dengan apa yang terjadi seharian itu. Egar sangat sedih.
Malam jam 7 seharusnya kami telponan seperti biasanya. Namun kali ini tidak. "Za, aku gak tidur hotel, hemat, aku tidur kos Johan. Ini aku mau makan bareng sama dia bentar ya." Dia berpamitan. Johan adalah temen marketing nya dia, Jika Egar handle sales untuk area Surabaya dan Jawa Tengah., Johan memegang area sales untuk Jakarta.
Satu setengah jam berlalu, tidak ada kabar. Saya menelponnya hingga belasan kali tidak ada jawaban. Hingga akhirnya ada suara di seberang sana,
"Halo za, sori sori tadi hapeku aku titipin di dalam tas Johan. Ini udah selesai, mau jalan ke kos Johan lagi"
"Oh oke, makan apa?" tanya ku.
"Makan nasi goreng pinggir jalan, makanya berisik gak kedengaran bunyi telpon mu, Johan malam ini nginap di rumah kakak nya, aku sendirian di Kos dia"
Kami melanjutkan obrolan seperti biasa hingga malam, sampai masing-masing dari kami tertidur.
Keesokan lusa nya, saya ke Surabaya menemui dia. Dia tiba tiba meminta maaf,
"Za, maaf, kemarin waktu di jakarta aku nakal, aku pergi ke tempat sauna di daerah Talang Betutu. Aku pingin refreshing aja dan, serius tolong percaya aku, disana aku gak macam macam kok."
"9M Sauna?" Saya setengah ragu menyebutkan nama itu. 9M adalah tempat Sauna yang sangat terkenal bagi kaum Gay. informasi tentang Sauna and Massage for Men ini banyak di tulis di internet. Dimana hampir semua pengunjung tempat ini adalah Gay. Mereka sauna dan mandi bersama, saling mempertontonkan tubuh mereka dengan tanpa balutan sehelai benang pun. Lekuk tubuh yang indah dan atletis sangat membanggakan bagi pemiliknya, dan sangat menyenangkan bagi siapa saja yang melihatnya. Mereka saling berinteraksi satu sama lain di dalam ruang sauna atau di lorong-lorong tempat itu. Berkomunikasi secara verbal maupun fisik. Saling menyentuh dan meraba hingga bagian-bagian paling intim yang memang sengaja mereka pertontonkan tanpa malu. Banyak kabar yang beredar tak jarang mereka yang baru saling kenal saat itu langsung berhubungan badan di tempat dan dilihat para pengunjung lain. Tak heran jika banyak kondom tercecer di beberapa sudut ruangan, mungkin tempat sampah sudah tak mampu menampung.
"Hah??!!, pas kapan?? kok kemarin gak ada bilang aku mau ke tempat sauna?? emang pas kapan nya?" saya agak tidak percaya karena kemarin saya tau betul apa yang dilakukan dia di Jakarta, kami kontak terus dan saling kasih kabar. mana mungkin dia bisa mencuri waktu pergi ke tempat tempat yang kurang bener.
"Kemarin waktu aku bilang makan malam bareng Johan, sebernya aku sauna, dan kemarin waktu aku bilang nginep di kos johan sebenernya aku nginep hotel."
"Apa? wah dari tempat sauna, terus booking hotel, bagus ya. Dapat teman tidur donk?!" nadaku mulai meninggi.
"Gak lah, aku tidur sendirian, toh habis sauna aku langsung telponan sama kamu sampai malam, sampai kita ketiduran."
"Mana aku tau, kondisi bisa kamu skenario sesukamu, kita berada dalam jarak jauh, aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Tidak bisa membuktikan apa yang sedang kamu katakan memang benar adanya." serangku.
"Za, plis mengertilah..."
"Mengerti apa? segala ucapanmu selama ini tentang kejujuran adalah sampah.!" Saya sudah emosi, tapi masih ada dalam hati saya unutk mengontrol emosi. Kejujuran. Kejujuran yang dia katakan itu nilai yang tak terbayar. sangat mahal. Dia tau mungkin saya akan sangat marah dengan informasi ini. Namun dia dengan berani tetap menceritakan ke saya apa yang terjadi. Ada dorongan dalam hatinya untuk selalu jujur, memendam dan menutup-nutupi sesuatu bagi dia seperti menyimpan kotoran.
"Za, aku kehilangan Note ku saat itu, kehilangan hal penting, dan itu berarti banyak. Aku benar-benar kalut dan gak tau harus berbuat apa. Aku hanya ingin menenangkan diri. Itu saja."
Egar, sampai segitunya caramu untuk menenangkan diri kaena kehilangan Note mu.
Tahukah kamu, betapa berantakan nya saya, betapa saya butuh ketenangan karena saya akan kehilangan sesuatu juga. Bukan lagi benda, tapi seseorang.
Tapi biarlah, saya menaruh hormat atas segala sesuatu yang sudah kamu putuskan.
Thursday, November 27, 2014
fall apart
Minggu, 23 November 2014.
Hari ini Egar mengajakku untuk ikut Dia dan Leya keliling survey gedung gedung pernikahan untuk pernikahan mereka.
What a day!
Siang jam 11 Leya ke rumah Egar untuk menjemput kami.
kami bertiga mampir ke Weding ballrom pertama, Grand Royal. Gedung yang megah. Kami bertiga langsung menuju Marketing room. Leya tergesa-gesa saat melihat staff marketingnya, seakan-akan dia satu satunya malaikat yang akan menolong nyawanya yang sudah di ujung tanduk. Tanpa sabar dia menanyakan tanggal 6 Juni 2015 apakah masih available untuk menggelar event?? ternyata tidak tersedia. Lalu Leya menanyakan tanggal 10 Oktober 2015. Tidak tersedia juga. Dia mulai membolak balik katalog untuk menu catering dan paket paketnya. memilih menu menu terbaik untuk moment akbarnya nanti. Hatinya begitu semangat.
Leya tak putus arang. Dia membawa aku dan Egar ke Bima. Banyak sekali orang yang juga menggelar pernikahan di Gedung Bima ini, gedungnya tak sebagus Royal, namun konon hidangan disini terkenal lezat.
Setiba di parkiran, Leya langsung menuju ruang marketing. tak toleh kanan kiri, tak ada kompromi, harus cepat dan cepat.
Dia langsung menanyakan tanggal 6 Juni 2015. Nihil. Kemudian tanggal 10 Oktober 2015. Available!!!
Saya sangat senang. Entah suara siapa, tiba-tiba ada yang berteriak HOreeee di hatiku. Namun Leya sepertinya tak begitu, dia sebaliknya.
Jam 1 harus ke Gereja. Leya melihat jam nya, "Sepertinya pergi ke Mercure Hotel masih sempat untuk menanyakan Wedding ballrom disana" kata dia.
Sesampai Mercure kami naik ke Lantai 2 dan menuju marketing room. Sayangnya ini minggu. Tidak ada jam operasional kantor. Tak ada staff marketing yang bertugas. Dia tidak mau kalah, dia meminta nomor marketing yang bisa melayaninya untuk ditelpon kapan saja "Oke, mungkin bisa ditelpon nanti."
Setelah itu kami bertiga langsung menuju ke Gereja. Gereja yang bagus, ya mungkin karena dekornya menyesuaikan moment natal.
Saya seorang muslim dan menjalankan solat dengan baik, namun seya sering menemani Egar pergi ke gereja untuk pergi ibadah. Kondisi kami berdua yang berbeda dalam beragama membuat kami saling tenggang rasa dan menghormati.
Dia juga sering mengantar saya pergi Solat Jumat dan menunggu saya.
Saat puasa selama Ramadhan, dia juga selalu memasang alarm agar bisa bangun untuk sahur. Alarm Egar selalu lebih cepat dari alarm yang saya pasang. Saat saya melalui beberapa weekend selama Ramadhan di rumahnya, dia bangun lebih awal dari saya, jam setengah 3, untuk memasak makanan hangat buat sahur. Saya selalu terlambat bangun, terkaget dengan gugahan lembut Egar lalu menemukan nasi dan beberapa hidangan hangat mengepul di depan hidungku. Dia tidak pernah ikut makan hidangan sahur yang disiapkan untuk ku, makan besar saat dini hari bagi dia sangatlah aneh, jadi dia hanya duduk sambil menonton tivi sedangkan saya menghabiskan makanan di sebelahnya dengan lahap.Ini terjadi sepanjang ramadhan selama weekend aku dengannya. So swit, bukan?. Terlepas dari sifat nya yang emosional, tempramental, cerewet dan kaku, dia orang yang sangat baik.
Saat saya di Malang dan dia di Surabaya, dia juga gak jarang nelpon saya untuk membangunkan saya sahur dan menemani saya makan sahur dengan ngobrol di telpon. Dan dia kembali tidur saat saya juga tidur lagi setelah adzan subuh.
Setelah acara gereja, Leya mengajak kami ke Grand Pallace Hotel.
Tempat ini adalah hotel legendaris yang lumayan tua dan terkenal di Surabaya. Staff marketing tidak ada ditempatnya hari ini, tapi Leya sempat mengantongi paket-paket Catering dan nomor telpon pihak marketingnya untuk menanyakan tanggal.
Kami diajak menuju 3 hall yang ditawarkan untuk tempat merayakan hari H nanti.
Beberapa kali Leya menanyakan pendapat tentang gedung dan tema hall kepada saya. Saya memberikan komentar wajar dari gedung satu ke gedung lain sedari tadi.
Bagiku dan Egar ini sudah lumayan sore dan capek. Egar pun beberapa kali melayangkan protes ke Leya kalau dia lelah dan pencarian bisa dilanjutkan besok. Tapi Leya tetap semangat.
Dia menawarkan kami untuk pergi ke Lee Ballroom di daerah Pakuwon, dia berjanji ini tempat terakhir untuk dikunjungi hari ini.
Sesampai Pakuwon kami langsung menuju gedung marketing. Leya langsung menanyakan tanggal 06 Juni 2015. dan ternyata AVAILABLE.
Leya langsung spontan gembira...kegembiraan yang tak bisa ditutup-tutupi tergambar di wajahnya.
Egar hanya diam. Tanpa kata. Tanpa sanggah. Tanpa melayangkan Opini.
Saya faham mungkin dia bingung harus berbuat apa, disisi lain saya mungkin terlihat sangat sedih dengan perubahan mood yang sangat signifikan. Namun Leya sebaliknya, dia kegirangan seperti Gadis kecil yang akan pergi dengan ayahnya menonton Marching Band besok pagi.
Kami meninggalkan Pakuwon dengan setumpuk katalog penawaran di tangan Leya. Beberapa kali dia mengucapkan rasa senang karena dalam sehari yang panjang ini telah mendapatkan tanggal yang dia inginkan.
dan saya, berantakan.
Tuhan andai saja ini mimpi, saya ingin cepat bangun.
Saya ingat dengan khutbah seorang pendeta di Gereja tadi siang, dalam Injil, Yesaya 43:19 :
"Lihatlah, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara"
Tuhan sedang membuat "sesuatu" untuk kita, He is making best something for us. Tapi kita tidak bisa melihatnya. Selalu berpikirlah positif, Tuhan sedang merencanakan mengaliri air di padang belantara, membuat jalan di padang gurun, membuat sesuatu yang baik saat ini untuk kita. TRUST.
Hari ini Egar mengajakku untuk ikut Dia dan Leya keliling survey gedung gedung pernikahan untuk pernikahan mereka.
What a day!
Siang jam 11 Leya ke rumah Egar untuk menjemput kami.
kami bertiga mampir ke Weding ballrom pertama, Grand Royal. Gedung yang megah. Kami bertiga langsung menuju Marketing room. Leya tergesa-gesa saat melihat staff marketingnya, seakan-akan dia satu satunya malaikat yang akan menolong nyawanya yang sudah di ujung tanduk. Tanpa sabar dia menanyakan tanggal 6 Juni 2015 apakah masih available untuk menggelar event?? ternyata tidak tersedia. Lalu Leya menanyakan tanggal 10 Oktober 2015. Tidak tersedia juga. Dia mulai membolak balik katalog untuk menu catering dan paket paketnya. memilih menu menu terbaik untuk moment akbarnya nanti. Hatinya begitu semangat.
Leya tak putus arang. Dia membawa aku dan Egar ke Bima. Banyak sekali orang yang juga menggelar pernikahan di Gedung Bima ini, gedungnya tak sebagus Royal, namun konon hidangan disini terkenal lezat.
Setiba di parkiran, Leya langsung menuju ruang marketing. tak toleh kanan kiri, tak ada kompromi, harus cepat dan cepat.
Dia langsung menanyakan tanggal 6 Juni 2015. Nihil. Kemudian tanggal 10 Oktober 2015. Available!!!
Saya sangat senang. Entah suara siapa, tiba-tiba ada yang berteriak HOreeee di hatiku. Namun Leya sepertinya tak begitu, dia sebaliknya.
Jam 1 harus ke Gereja. Leya melihat jam nya, "Sepertinya pergi ke Mercure Hotel masih sempat untuk menanyakan Wedding ballrom disana" kata dia.
Sesampai Mercure kami naik ke Lantai 2 dan menuju marketing room. Sayangnya ini minggu. Tidak ada jam operasional kantor. Tak ada staff marketing yang bertugas. Dia tidak mau kalah, dia meminta nomor marketing yang bisa melayaninya untuk ditelpon kapan saja "Oke, mungkin bisa ditelpon nanti."
Setelah itu kami bertiga langsung menuju ke Gereja. Gereja yang bagus, ya mungkin karena dekornya menyesuaikan moment natal.
Saya seorang muslim dan menjalankan solat dengan baik, namun seya sering menemani Egar pergi ke gereja untuk pergi ibadah. Kondisi kami berdua yang berbeda dalam beragama membuat kami saling tenggang rasa dan menghormati.
Dia juga sering mengantar saya pergi Solat Jumat dan menunggu saya.
Saat puasa selama Ramadhan, dia juga selalu memasang alarm agar bisa bangun untuk sahur. Alarm Egar selalu lebih cepat dari alarm yang saya pasang. Saat saya melalui beberapa weekend selama Ramadhan di rumahnya, dia bangun lebih awal dari saya, jam setengah 3, untuk memasak makanan hangat buat sahur. Saya selalu terlambat bangun, terkaget dengan gugahan lembut Egar lalu menemukan nasi dan beberapa hidangan hangat mengepul di depan hidungku. Dia tidak pernah ikut makan hidangan sahur yang disiapkan untuk ku, makan besar saat dini hari bagi dia sangatlah aneh, jadi dia hanya duduk sambil menonton tivi sedangkan saya menghabiskan makanan di sebelahnya dengan lahap.Ini terjadi sepanjang ramadhan selama weekend aku dengannya. So swit, bukan?. Terlepas dari sifat nya yang emosional, tempramental, cerewet dan kaku, dia orang yang sangat baik.
Saat saya di Malang dan dia di Surabaya, dia juga gak jarang nelpon saya untuk membangunkan saya sahur dan menemani saya makan sahur dengan ngobrol di telpon. Dan dia kembali tidur saat saya juga tidur lagi setelah adzan subuh.
Setelah acara gereja, Leya mengajak kami ke Grand Pallace Hotel.
Tempat ini adalah hotel legendaris yang lumayan tua dan terkenal di Surabaya. Staff marketing tidak ada ditempatnya hari ini, tapi Leya sempat mengantongi paket-paket Catering dan nomor telpon pihak marketingnya untuk menanyakan tanggal.
Kami diajak menuju 3 hall yang ditawarkan untuk tempat merayakan hari H nanti.
Beberapa kali Leya menanyakan pendapat tentang gedung dan tema hall kepada saya. Saya memberikan komentar wajar dari gedung satu ke gedung lain sedari tadi.
Bagiku dan Egar ini sudah lumayan sore dan capek. Egar pun beberapa kali melayangkan protes ke Leya kalau dia lelah dan pencarian bisa dilanjutkan besok. Tapi Leya tetap semangat.
Dia menawarkan kami untuk pergi ke Lee Ballroom di daerah Pakuwon, dia berjanji ini tempat terakhir untuk dikunjungi hari ini.
Sesampai Pakuwon kami langsung menuju gedung marketing. Leya langsung menanyakan tanggal 06 Juni 2015. dan ternyata AVAILABLE.
Leya langsung spontan gembira...kegembiraan yang tak bisa ditutup-tutupi tergambar di wajahnya.
Egar hanya diam. Tanpa kata. Tanpa sanggah. Tanpa melayangkan Opini.
Saya faham mungkin dia bingung harus berbuat apa, disisi lain saya mungkin terlihat sangat sedih dengan perubahan mood yang sangat signifikan. Namun Leya sebaliknya, dia kegirangan seperti Gadis kecil yang akan pergi dengan ayahnya menonton Marching Band besok pagi.
Kami meninggalkan Pakuwon dengan setumpuk katalog penawaran di tangan Leya. Beberapa kali dia mengucapkan rasa senang karena dalam sehari yang panjang ini telah mendapatkan tanggal yang dia inginkan.
dan saya, berantakan.
Tuhan andai saja ini mimpi, saya ingin cepat bangun.
Saya ingat dengan khutbah seorang pendeta di Gereja tadi siang, dalam Injil, Yesaya 43:19 :
"Lihatlah, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara"
Tuhan sedang membuat "sesuatu" untuk kita, He is making best something for us. Tapi kita tidak bisa melihatnya. Selalu berpikirlah positif, Tuhan sedang merencanakan mengaliri air di padang belantara, membuat jalan di padang gurun, membuat sesuatu yang baik saat ini untuk kita. TRUST.
Wednesday, November 26, 2014
I am losing grip
Kamis, 20 November 2014.
"Zaa, aku tadi sore ke rumah Leya, diminta ketemu sama mamanya. Estimasi nikah 6 Juni 2015 atau 10 Oktober 2015."
"jangan cepet cepet, plis." Jujur tiba tiba saya ketakutan dalam percakapan via telpon ini.
"Leya pingin event ini di ulang tahun ku"
Dia orang paling dekat yang saya punya saat ini, segala rencana dia yang serba mendadak membuat saya Black out. semacam hilang arah.
Semakin menyayangi seseorang, dan rasa itu semakin bertambah hari demi hari sdangkan di sisi lain kita mengetahui kapan dia akan pergi, itu sangat menyakitkan. Bagaimana tidak? Jika dia sudah nikah maka frekuensi bertemu kami akan berkurang, saya tidak akan sebebas sekarang memiki dia, menciumnya, menyentuhnya, menghabiskan waktu weekend dengan dia secara penuh. Karena dia telah membagi hidupnya dengan orang lain.
Saya mengerti angka usianya yang sudah tidak sedikit lagi membuat dia layak dengan moment pernikahan.
Melanjutkan keturunan...
Dan dalam bersosial pun baik dengan keluarga, teman kantor dan semua kerabat dia tidak perlu lagi tersudut saat beberapa pertanyaan tajam seputar pernikahan ditujukan padanya.
Sebulan terakhir hubungan Leya dan Egar kacau, mereka bertengkar dan tak saling komunikasi.
Mereka menetapkan tanggal jadian mereka pada 6 Juni 2014 lalu, setelahnya pertengkaran-pertengkaran kecil pun terjadi layaknya pasangan yang masih baru dalam masa penjajakan, its normal.
Egar sering membawaku pergi bertiga dengan Leya saat mereka pergi kencan tiap sabtu, karena memang kondisiku selalu di Surabaya tiap weekend kan??.
Entah Leya curiga atau tidak, rupanya Egar mampu membuat Leya yakin bahwa kita hanya teman biasa yang sudah akrab cukup lama.
Tidak hanya membawaku bersama Leya, Egar membawaku kemana-mana disetiap event nya. Dia membawaku ke tengah-tengah keluarganya dengan cuek, dia membawaku reuni dengan teman SD, SMP SMA dan teman kuliahnya, Dia membawaku bertemu dengan teman teman kantornya, membawaku pergi ke customer-customernya di hari sabtu, membawaku keluar kota untuk urusan pekerjaan. Saya menjadi bagian yang selalu ada di setiap waktu yang dimilikinya.
Hal ini membuat saya sangat dilibatkan dan dihargai sebagai orang terdekatnya.
Beberapa hari lalu mereka berdua baikan.
Egar menegaskan bahwa dirinya dan Leya masing masing sudah berumur. Kalaupun memang dirasa tidak cocok untuk dilanjutkan hubungan ini ya mari diakhiri saja, tapi kalo memang bisa dilanjukan dan menerima segala kondisi yang ada di Egar maka mari kita teruskan dengan serius.
Perbincangan ini di sampaikan Leya ke mama nya. Ibu mana yang senang, ditambah lagi dengan Dia memiliki anak gadis yang sudah sangat berumur dan belum menikah. Sekonyong-konyong Ibu Leya memanggil Egar ke rumahnya, mendesak supaya pernikahan segera digelar. Ibu Leya sudah mulai bingung mengutarakan semua rencananya untuk merombak rumah, agar bisa di tempati Egar dan Leya seusai pernikahan nanti. Ruangan ini harus seperti ini, harus seperti itu, teras harus begini, halaman harus begitu, AC harus ditambah agar panas Surabaya tidak membuat gerah anak dan calon mantunya. Mendesak Egar agar segera mengurus surat pindah ke KK nya.
Saya hanya bisa diam, terbelalak di tempat seperti manusia tolol yang tau tau apa yg harus diperbuat.
Membiarkan orang lain berencana dengan sangat matang mencuri orang yang saya sayangi. Merebut.
I am losing grip.
"Zaa, aku tadi sore ke rumah Leya, diminta ketemu sama mamanya. Estimasi nikah 6 Juni 2015 atau 10 Oktober 2015."
"jangan cepet cepet, plis." Jujur tiba tiba saya ketakutan dalam percakapan via telpon ini.
"Leya pingin event ini di ulang tahun ku"
Dia orang paling dekat yang saya punya saat ini, segala rencana dia yang serba mendadak membuat saya Black out. semacam hilang arah.
Semakin menyayangi seseorang, dan rasa itu semakin bertambah hari demi hari sdangkan di sisi lain kita mengetahui kapan dia akan pergi, itu sangat menyakitkan. Bagaimana tidak? Jika dia sudah nikah maka frekuensi bertemu kami akan berkurang, saya tidak akan sebebas sekarang memiki dia, menciumnya, menyentuhnya, menghabiskan waktu weekend dengan dia secara penuh. Karena dia telah membagi hidupnya dengan orang lain.
Saya mengerti angka usianya yang sudah tidak sedikit lagi membuat dia layak dengan moment pernikahan.
Melanjutkan keturunan...
Dan dalam bersosial pun baik dengan keluarga, teman kantor dan semua kerabat dia tidak perlu lagi tersudut saat beberapa pertanyaan tajam seputar pernikahan ditujukan padanya.
Sebulan terakhir hubungan Leya dan Egar kacau, mereka bertengkar dan tak saling komunikasi.
Mereka menetapkan tanggal jadian mereka pada 6 Juni 2014 lalu, setelahnya pertengkaran-pertengkaran kecil pun terjadi layaknya pasangan yang masih baru dalam masa penjajakan, its normal.
Egar sering membawaku pergi bertiga dengan Leya saat mereka pergi kencan tiap sabtu, karena memang kondisiku selalu di Surabaya tiap weekend kan??.
Entah Leya curiga atau tidak, rupanya Egar mampu membuat Leya yakin bahwa kita hanya teman biasa yang sudah akrab cukup lama.
Tidak hanya membawaku bersama Leya, Egar membawaku kemana-mana disetiap event nya. Dia membawaku ke tengah-tengah keluarganya dengan cuek, dia membawaku reuni dengan teman SD, SMP SMA dan teman kuliahnya, Dia membawaku bertemu dengan teman teman kantornya, membawaku pergi ke customer-customernya di hari sabtu, membawaku keluar kota untuk urusan pekerjaan. Saya menjadi bagian yang selalu ada di setiap waktu yang dimilikinya.
Hal ini membuat saya sangat dilibatkan dan dihargai sebagai orang terdekatnya.
Beberapa hari lalu mereka berdua baikan.
Egar menegaskan bahwa dirinya dan Leya masing masing sudah berumur. Kalaupun memang dirasa tidak cocok untuk dilanjutkan hubungan ini ya mari diakhiri saja, tapi kalo memang bisa dilanjukan dan menerima segala kondisi yang ada di Egar maka mari kita teruskan dengan serius.
Perbincangan ini di sampaikan Leya ke mama nya. Ibu mana yang senang, ditambah lagi dengan Dia memiliki anak gadis yang sudah sangat berumur dan belum menikah. Sekonyong-konyong Ibu Leya memanggil Egar ke rumahnya, mendesak supaya pernikahan segera digelar. Ibu Leya sudah mulai bingung mengutarakan semua rencananya untuk merombak rumah, agar bisa di tempati Egar dan Leya seusai pernikahan nanti. Ruangan ini harus seperti ini, harus seperti itu, teras harus begini, halaman harus begitu, AC harus ditambah agar panas Surabaya tidak membuat gerah anak dan calon mantunya. Mendesak Egar agar segera mengurus surat pindah ke KK nya.
Saya hanya bisa diam, terbelalak di tempat seperti manusia tolol yang tau tau apa yg harus diperbuat.
Membiarkan orang lain berencana dengan sangat matang mencuri orang yang saya sayangi. Merebut.
I am losing grip.
Jogjakarta.
Jalanan kota Jogja sudah sangat familiar bagi saya.
Nuansa yang ramah dan hangat.
Tiap bulan di minggu ketiga saya ke kota ini dengan Egar.
menghabiskan weekend, mengunjungi banyak tempat dan makan di tempat favorite kita di Jalan Kartini.
Setiap ke jogja selalu mampir kesini, selalu dan selalu.
Nuansa resto ini nyaman sekali, alunan musik sunda dengan puluhan varian menu jawa dan banyak macam sambal dan sayuran segar, suasana yang damai.
Akhir akhir ini setiap kali ke jogja kami selalu ke Magelang, disana ada sebuah desa yang memiliki kolam yang sangat jerniiih...airnya segar dan lokasinya di tepi persawahan. Kolam ini dijadikan tempat mandi oleh warga setiap harinya, semua pada gabung jadi satu di kolam itu untuk mandi bersama. Bertelanjang tanpa malu, berbincang-bincang dengan sesama tanpa risih meski tak berpakaian sama sekali. Keluguan dan keharmonisan masyarakat desa yang masih sangat asli. Meski dipakai mandi rame-rame setiap hari, airnya tetap jernih dan bersih karena ukuran kolam yang berkedalaman 1.5 meter ini cukup luas dan airnya pun juga mengalir, jadi renewable terus.
Dan yang paling menakjubkan adalah di kolam ini hidup ribuan ikan di dalamnya. Awalnya saya sangat risih untuk mandi dan berendam dengan ikan ikan ini, tapi saat saya menyelam dan melihat langsung banyaaaak sekali ikan berenang di depan mata saya, so damn wonderful. Egar sering membawa remah remah biskuit dan di berikan pada ikan ikan ini, kontan semua biskuit itu habis tak bersisa di serbu ikan ikan itu. Damai itu indah, seindah melihat ribuan ikan berenang bebas mengitari badan kami saat mereka tau ada segenggam remah biskuit di tangan kami yang siap ditabur.
Akhir-akhir ini kami selalu ke tempat ini, suasana desanya selalu bikin kangen. Mungkin karena semua tempat di jogja sudah dikunjungi semua, jadi kami mati gaya mau kemana lagi. Mulai sederatan pantai di Gunung kidul yang eksotis, Pantai Drini, Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Indrayanti, Goa Pindul, Arung Jeram, Pantai Glagah, kebun binatang Gembira Loka, Sepanjang Maliorboro hingga Beringharjo, Vredeburg Alun alun kidul dan Taman Sari...semuanya tamat.
Banyak cerita di Jogja.
terlalu banyak.
Nuansa yang ramah dan hangat.
Tiap bulan di minggu ketiga saya ke kota ini dengan Egar.
menghabiskan weekend, mengunjungi banyak tempat dan makan di tempat favorite kita di Jalan Kartini.
Setiap ke jogja selalu mampir kesini, selalu dan selalu.
Nuansa resto ini nyaman sekali, alunan musik sunda dengan puluhan varian menu jawa dan banyak macam sambal dan sayuran segar, suasana yang damai.
Akhir akhir ini setiap kali ke jogja kami selalu ke Magelang, disana ada sebuah desa yang memiliki kolam yang sangat jerniiih...airnya segar dan lokasinya di tepi persawahan. Kolam ini dijadikan tempat mandi oleh warga setiap harinya, semua pada gabung jadi satu di kolam itu untuk mandi bersama. Bertelanjang tanpa malu, berbincang-bincang dengan sesama tanpa risih meski tak berpakaian sama sekali. Keluguan dan keharmonisan masyarakat desa yang masih sangat asli. Meski dipakai mandi rame-rame setiap hari, airnya tetap jernih dan bersih karena ukuran kolam yang berkedalaman 1.5 meter ini cukup luas dan airnya pun juga mengalir, jadi renewable terus.
Dan yang paling menakjubkan adalah di kolam ini hidup ribuan ikan di dalamnya. Awalnya saya sangat risih untuk mandi dan berendam dengan ikan ikan ini, tapi saat saya menyelam dan melihat langsung banyaaaak sekali ikan berenang di depan mata saya, so damn wonderful. Egar sering membawa remah remah biskuit dan di berikan pada ikan ikan ini, kontan semua biskuit itu habis tak bersisa di serbu ikan ikan itu. Damai itu indah, seindah melihat ribuan ikan berenang bebas mengitari badan kami saat mereka tau ada segenggam remah biskuit di tangan kami yang siap ditabur.
Akhir-akhir ini kami selalu ke tempat ini, suasana desanya selalu bikin kangen. Mungkin karena semua tempat di jogja sudah dikunjungi semua, jadi kami mati gaya mau kemana lagi. Mulai sederatan pantai di Gunung kidul yang eksotis, Pantai Drini, Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Indrayanti, Goa Pindul, Arung Jeram, Pantai Glagah, kebun binatang Gembira Loka, Sepanjang Maliorboro hingga Beringharjo, Vredeburg Alun alun kidul dan Taman Sari...semuanya tamat.
Banyak cerita di Jogja.
terlalu banyak.
first time they met
Minggu, 13 April 2014
"Za anterin aku ya, emmmh..ada temenku yang ngenalin aku sama Cewek, dia guru Piano,..."
"Gak ah, gak enak. Masak kalian kencan pertama kali aku ikut2an"
"Ayolaah, biar ada temannya aku...mau ya?"
Leya Adhisti, akhirnya kami berdua meluncur menuju lokasi rumahnya. Egar dan Leya belum pernah sama sekali bertemu, hanya kontak bbm saja beberapa hari terakhir, alhasil ini adalah hari pertama mereka saling temu.
Leya wanita lajang 34 tahun. Dia seorang guru Piano dengan murid yang jumlah nya udah tak terhitung lagi dengan Private Fee yang tinggi.
Meski dia dari keluarga berada tapi penampilanya sangat sederhana dan tidak sok "highclass". Apa adanya.
Leya orang yang baik. Dia sopan dan supel.
Setelah pertemuan pertama antara Leya dan Egar rasanya mereka menjalani hubungan ini dengan sangat biasa biasa saja..so flat.
intensitas mereka bertemu parah, seminggu sekali saja belum tentu, padahal mereka berada di kota yang sama.
Frekuensi mereka saling telponan juga bisa dihitung dalam kurun setiap minggunya.
Namun bulan Juni lalu Leya menegaskan hubungan antara mereka. Tentang status dan bagaimana kelanjutanya.
Akhirnya 6 Juni dijadikan tanggal oleh Leya sebagai hari jadi mereka secara resmi untuk berpacaran. Egar pun mengiyakan itu.
Meski sering diwarnai pertengkaran namun Leya dan Egar rasanya semakin dekat. Justru pertengkaran adalah simbol hubungan emosional yang semakin erat antara dua manusia, bukan?. Adanya pertengkaran kadang lebih baik daripada kondisi yang tenang dan datar-datar saja.
Jujur saya sangat tidak nyaman dengan kondisi ini.
Melihat mereka yang semakin dekat, meski lebih tepatnya Leya yang selalu berusaha mendekatkan diri.
Seperti pasangan lainya, saya tidak ikhlas melihat orang yang saya sayangi bermesraan dengan orang lain, melihat di depan mata saya ada orang asing yang dengan lancang memberi perhatian lebih kepadanya.
Beberapa kali saya dan Egar adu argumen mengenai ini. Saya menyatakan tidak suka dengan situasi seperti ini. Dia beberapa kali memberikan penjelasan tapi saya masih belum bisa menerima.
Tidak akan pernah ada orang menjalani 2 hubungan yang berbeda dalam waktu yang sama. Pasti ada salah satu yang lebih di perioritaskan, apapun itu.
"Dalam hati tidak akan ada dua cinta, sebagaimana tidak akan pernah ada dalam satu wujud Dua Tuhan"
Hari ini mungkin saya menjadi perioritasnya, sesuatu yang lebih di dahulukannya, tapi jika situasi ini berlanjut saya tidak bisa menebak apa yang terjadi.
Jika ini terus berlangsung, suatu hari nanti pasti akan ada salah satu yang kalah, atau setidaknya bersedia untuk mengalah.
"Za anterin aku ya, emmmh..ada temenku yang ngenalin aku sama Cewek, dia guru Piano,..."
"Gak ah, gak enak. Masak kalian kencan pertama kali aku ikut2an"
"Ayolaah, biar ada temannya aku...mau ya?"
Leya Adhisti, akhirnya kami berdua meluncur menuju lokasi rumahnya. Egar dan Leya belum pernah sama sekali bertemu, hanya kontak bbm saja beberapa hari terakhir, alhasil ini adalah hari pertama mereka saling temu.
Leya wanita lajang 34 tahun. Dia seorang guru Piano dengan murid yang jumlah nya udah tak terhitung lagi dengan Private Fee yang tinggi.
Meski dia dari keluarga berada tapi penampilanya sangat sederhana dan tidak sok "highclass". Apa adanya.
Leya orang yang baik. Dia sopan dan supel.
Setelah pertemuan pertama antara Leya dan Egar rasanya mereka menjalani hubungan ini dengan sangat biasa biasa saja..so flat.
intensitas mereka bertemu parah, seminggu sekali saja belum tentu, padahal mereka berada di kota yang sama.
Frekuensi mereka saling telponan juga bisa dihitung dalam kurun setiap minggunya.
Namun bulan Juni lalu Leya menegaskan hubungan antara mereka. Tentang status dan bagaimana kelanjutanya.
Akhirnya 6 Juni dijadikan tanggal oleh Leya sebagai hari jadi mereka secara resmi untuk berpacaran. Egar pun mengiyakan itu.
Meski sering diwarnai pertengkaran namun Leya dan Egar rasanya semakin dekat. Justru pertengkaran adalah simbol hubungan emosional yang semakin erat antara dua manusia, bukan?. Adanya pertengkaran kadang lebih baik daripada kondisi yang tenang dan datar-datar saja.
Jujur saya sangat tidak nyaman dengan kondisi ini.
Melihat mereka yang semakin dekat, meski lebih tepatnya Leya yang selalu berusaha mendekatkan diri.
Seperti pasangan lainya, saya tidak ikhlas melihat orang yang saya sayangi bermesraan dengan orang lain, melihat di depan mata saya ada orang asing yang dengan lancang memberi perhatian lebih kepadanya.
Beberapa kali saya dan Egar adu argumen mengenai ini. Saya menyatakan tidak suka dengan situasi seperti ini. Dia beberapa kali memberikan penjelasan tapi saya masih belum bisa menerima.
Tidak akan pernah ada orang menjalani 2 hubungan yang berbeda dalam waktu yang sama. Pasti ada salah satu yang lebih di perioritaskan, apapun itu.
"Dalam hati tidak akan ada dua cinta, sebagaimana tidak akan pernah ada dalam satu wujud Dua Tuhan"
Hari ini mungkin saya menjadi perioritasnya, sesuatu yang lebih di dahulukannya, tapi jika situasi ini berlanjut saya tidak bisa menebak apa yang terjadi.
Jika ini terus berlangsung, suatu hari nanti pasti akan ada salah satu yang kalah, atau setidaknya bersedia untuk mengalah.
Subscribe to:
Comments (Atom)