Sunday, August 27, 2017

SENJA

Minggu, 27 Agustus 2017.

Sudah dua tahun saya tinggal di asrama kantor ini. Kamar saya berada di lantai dua dan menikamati langit sore dari balkon ini adalah hal yg paling sering saya lakukan setelah jam pulang kerja.

Saya selalu menemukan ketenangan hanya dg duduk termangu menatap senja... Diam menghadap semburat jingga yg menyala, cahaya yg menguning dan gradasi warna biru yg mulai menjadi gelap.
Menakjubkan menyadari ini adalah di Bumi. Bukan Planet Pandora di film Avatar atau Planet Asgard di film Thor.

Entah... bagi saya Senja lebih menarik daripada Fajar.
Sebenarnya sama2 redup sih, sama2 jingga... Namun senja terkesan jauh lebih teduh dan syahdu setelah kita seharian berjibaku di bawah terik matahari yg sesiangan tadi menyengat angkuh.
Senja dan sayup adzan magribnya seperti membisikan "Sudah, Ayo Pulang."

Saturday, August 26, 2017

Happy Wedding

Jumat, 25 Agustus 2017.

Happy Wedding Denta.
Selamat menjalani kehidupan pernikahan teman.
Kehidupan baru yg penuh dg harapan kebahagiaan.

Nih saya hadir pagi buta untuk bisa menghadiri acara akad nikahnya.
Ijab Qobul dilakukan pagi jam 6 di rumah mempelai wanita di Kota Pasuruhan.
Rumah yg sangat damai, perjalanan yg segar melewati jalan berliuk dg sawah yg bertangga-tangga metode teras iring di sisi kiri dan kanan jalan. Gemericik air sungai kecil juga menambah suasana pagi semakin khidmad dalam menyambut akan berucap nya ikrar suci  anak adam untuk menghalalkan seorang wanita cantik yg 3 tahun belakangan ini sudah dikenal baik oleh denta.
Seperti di ubud.. hamparan sawah hijau yg berundak, sungai kecil di tepi jalan, sinar mentari pagi yg hangat dan udara yg masih segar.
Saya tiba di rumah mempelai wanita jam 6 pagi. Akad segera di laksanakan sebelum genap 06.30.
Ayat2 suci AlQuran di lantunkan mengiringi serangkaian acara ini.
Di depan saya, saya jelas melihat denta meneteskan air mata haru mengingat dia sedang melewati moment terpenting dalam hidupnya.

Sunday, April 30, 2017

Sakit

ĪKamis, 16 Maret 2017

Sakit maag memang tipikal penyakit yg mudah kambuh saat pola makan tidak terjaga.
Saya memiliki riwayat gangguan lambung dan beberapa kali opname karena ini. Dan hari ini kondisi saya anfal karena sakit ini.
Malam ini pukul 10 saya dilarikan ke rumah sakit karena muntah darah, teman satu asrama saya heboh melihat darah segar dalam volume yg banyak keluar dari mulut saya, awalnya saya mual,  kemudian saya meludah namun berwarna merah.
Pengalaman sebelumnya mengajarkan saya bahwa jika pada kondisi seperti ini saya perlu pergi ke rumah sakit segera.
Saya mengetuk kamar sebelah di asrama dan meminta bantuan utk mengantarkan ke RS, namun saat teman saya baru membuka pintu kamarnya yg saya ketuk, belum sampai saya mengutarakan permintaan tolong, saya sudah tak tahan dan muntah di depannya. Dia terkejut, antara kaget dan ngeri dg ceceran darah di lantai. Untungnya dia tanggap, dia langsung berkemas dan melarikan saya ke UGD.
Di mobil juga demikian, saya mual lagi dan meminta dia utk membuka jendela mobil. Saya muntah darah lagi.
Ini sudah kelima kali saya opname dg gangguan luka lambung dalam 7 tahun terakhir. Dua hari sebelumnya saya sudah BAB darah dan sudah konsultasi ke klinik. Kondisi ini dinamakan Melena. Melena adalah BAB berwarna hitam atau darah segar dikarenakan adanya pendarahan pada lambung atau sistem pencernaan. Saya mengingat- ingat apa beberapa hari lalu saya makan atau minum aneh-aneh ya. Memakan makanan yg memicu asam lambung seperti pedas, asam , cofein, makanan ber gas sangat buruk akibatnya bagi penderita maag. Apalagi saya yang sudah memang ada luka di lambung.
Saya ingat 4 tahun lalu saat saya kambuh pada november 2013 saya muntah darah di salah satu Mall di kota Malang. Saat itu saya, denta dan temen2 kantor lagi jalan-jalan sepulang kerja. Saat saya karaoke saya pingsan di loby dan muntah darah disana. Denta langsung ikut muntah karena kaget dan mual. Cewek Denta kala itu, si fitri juga nyaris pingsan gegara lihat ceceran darah dari mulut saya yg masih belepot darah. Beberapa temen kantor nangis dan sempat bingung dg kondisi ini. Akhirnya saya dilarikan ke UGD rumah sakit terdekat oleh denta dan lainya.

Kali ini saya dilarikan ke UGD terdekat di sebuah rumah sakit di kota Mojokerto tak jauh dengan asrama kantor. Jam 12 saya baru dipindahkan dari ruang UGD ke kamar inap. Di kamar ini sepi sekali. Teman seasrama yg menolong saya, saya persilahkan balik saja. Saya sudah aman disini karena banyak dokter dan perawat yang siaga. Yang penting saya juga sudah merasa tenang karena berada di tempat dimana penanganan akan diberikan sesegara mungkin jika terjadi apa-apa pada saya.
Kamar inap ini sunyi sekali. Saya sendiri. Posisinya di pojokan taman. Semalaman pintu kamar sengaja saya buka karena takut, jadi kalo ada hal2 menyeramkan saya bisa langsung lari haha. Apalagi malam jumat nih.
Susah tidur. Bukan karena apa2 sih. Tapi karena merinding aja. Saya memainkan tablet utk membuka instagram, facebook, baca majalah dan koran, main hay day, main seven knight dll utk memecah kebosanan.
Jam 3 dini hari tiba-tiba diluar kamar ada sosok berdiri didepan pintu. Saya kaget, dan suasana malam jumat yg tadi sunyi dan membuat saya kepikiran banyak hal tiba tiba saja pecah "Egaaaar...!!" Teriak saya, Nyaris saja saya lompat dari ranjang dan memeluknya kalo saja saya gak ingat ada tali infus yg membelit di tangan kiri saya. Dia malah tertawa "Hahaha... kaget ya?".
Dasar orang edan, batin saya, Surabaya ke Mojokerto kan gak dekat.
Saya seneng sekali dia datang meski tadi di chat saya sempat bilang besok pagi aja kalo menjenguk. "Ini kan sudah pagi.?" Dia ngeles. "DI rumahpun mana bisa aku tidur nyenyak kalo sudah tau kondisimu seperti ini dan sendirian di Rumah Sakit?, mumpung bisa aku langsung datang ya aku datang, gak kaya kapan dulu itu". Saya terharu, pernah dulu dua tahun lalu, februari 2015, saya opname di salah satu RS di Malang, sakit yang sama tapi gak sampai muntah darah sih, hanya Melena saja (BAB darah) namun selama opname sampai transfusi 4 kantong darah karena kekurangan hemoglobin dan trombosit. Kala itu Egar sedang ada kerjaan di Jawa Tengah, dia sampai menangis karena gak bisa menjenguk saya di Rumah Sakit selama saya dirawat.

Rasanya legaaaaa banget ada dia datang. Dia datang sendiri, Lea gak ikutan, mgkin tidur dirumah.
Egar membawa macam2 bawaan, ada air mineral berbotol-botol, roti, kue, raket nyamuk dan autan, selimut hingga stop kontak dan kabel roll. "Tuh kan ada gunanya bawa raket nyamuk, takut ada nyamuk masuk pikirku, eeeeh ini malah pintu dibiarkan terbuka gak ditutup gini semalaman."
Aku merasa tenang ada dia, tidak bisa di ungkapkan bagaimana, tapi rasanya seperti terjaga "aku gak lama2 ya, harus segera balik, pokoknya udh tau kondisimu. Besok pagi aku kesini lagi"
Dia menungguku hingga tertidur, kemudian pulang balik Surabaya sekitar setengah 5 pagi. Dia kembali lagi ke RS pada hari itu sebelum makan siang.

Maafkan saya yg sudah takut, maafkan saya yg sudah bimbang, maafkan saya yg sudah ragu, yang hilang semangat dan hampir lupa bahwa saya menghamba padaMU Dzat yg Maha Kuasa dan Maha Kaya.
Maafkan saya yg hampir lupa bahwa hanya dg semudah " Kun fayakun" semua akan segera terjadi sesuai kehendakMU.
Maafkan saya yg sejenak lupa bahwa KAU menyayangi kami dg mengabulkan segala bentuk Do'a kami tanpa keberatan sedikitpun.(Memintalah(berdoa) padaKU, maka akan AKU kabulkan.  #QS Al-Ghafir 60)

Jauhkan saya beserta orang2 yg saya sayangi dari sifat sombong, pelit dan rakus. Serta jauhkan kami dr segala mara bahaya dan penyakit.

Wednesday, April 13, 2016

Christmas Part.2

Jumat, 25 Desember 2015

Egar sebenarnya masih ragu apakah kami yakin akan langsung berangkat ke Banyu Anjlog malam ini juga? Mengingat medan yang sangat gelap menuju kawasan Malang Selatan yang sepi dan terpencil.
Kami sudah memasuki kawasan yg semakin ke selatan semakin sepi, ada Losmen di dekat terminal Gadang. Egar memberi saran gimana kalo tidur losmen aja dulu, lumayan untuk rehat, nanti subuh baru dilanjut jalan lagi.
Saya turun dai mobil dan langsung menanyakan rate kamar losmen. Sngat kumuh, tak terawat dan bau.
"40 ribu untuk 3 jam" jawab bapak penjaga losmen di ruang loby saat saya menanyakan tarif menginap, ternyata losmen ini untuk "kegiatan short term". Saya jadi agak merinding. Bapak ini gendut, hitam dan hanya memakai singlet watna putih yang sudah bolong sana sini dengan warna yg kusam, sangat kusam. Di tambah lagi dengan bau tubuhnya yang tajam membuat minat saya sedikit berkurang. Saya meminta di antarkan untuk melihat kondisi kamrnya terlebih dahulu dan beeeeeehh, carut marut, sepreinya kumal dan sangat tidak rapi tertarik kesana kemari dengan kusut, ruangan yang sempit hanya semacam bilik 2x2m tanpa jendela atau ventilasi dengan bau pengap dan sisa aroma tubuh orang orang sebelumnya yang menyewa kamar ini. Bantal nya tampak kusam dan saya yakin sarung bantalnya sangat jarang di ganti, bekas para penginap yang kami tidak tau apa yang mereka lakukan di bilik temaram ini.
Maaf, saya langsung hilang minat. Saya segera berpamitan dan segera balik ke dalam mobil.
"Gimana?"
"Gak usah." Saya menjawab singkat dengan nada yang Egar sudah sangat memahami, intonasi yang mungkin maknanya seperti "Percaya saya!" dan tidak perlu di protes lagi.

Kami terus melanjutkan perjalanan ke Selatan.
Sudah jam 01.30 dini hari. Ada pom bensin besar di pertigaan sebelum pasar Bululawang yang saya yakin ini adalah SPBU besar terakhir sebelum semakin ke pelosok.
Kami merapat kesini, Egar mengisi bahan bakar mobil nya dan saya ke Alfamart untuk memborong snack, air putih, jus, beberapa kotak susu, dan roti sebagai bekal perjalanan. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak disini, tak terasa kami ketiduran dan terbangun jam 02.30.
Untung aja gak kebablasan.
Kami ke toilet untuk pipis dan lalu melanjutkan perjalanan.
Perjalanan terus menuju Pasar bululawang hingga ke pertigaan PG.Krebet dan kemudian berbelok ke kiri menuju Dampit.
Setelah sampai di Pasar Dampit yang merupakan pusat kota kecil ini, kami terus melanjutkan perjalanan menuju Desa Tirtoyudo. Perjalanan dari Dampit ke Tirtoyuda masih terbilang normal. Namunn dari Tirtoyudo menuju Pantai Lenggoksono jalanan akan semakin Extrim.
"Aduh, mau muntah aku Za" kata Egar.
Saya faham dalam kondisi medan yang mendaki dan melewati turunan terjal serta bnyaknya belokan-belokan tajam khas membuat Egar semakin mual, diperparah kondisi perutnya yang kosong belum makan malam.
Mata nya awas meski saya tau benar kalau dia sangat ngantuk dan lelah. Jalan yang sempit menuntut agar pengemudi selalu was was.
Pemukiman penduduk sangat jarang sekali disini. Kebun kebun gelap adalah pemandangan kami sepanjang jalan. Mungkin sesekali nampak ada kehidupan di pos pos ronda kecil berisi 2-3 orang bapak bapak yang sengaja berjaga sambil membuat api unggun kecil sebagai penghangat dan penerangan selama kami lewat.




Sunday, March 27, 2016

Christmas Part.1

Rabu, 23 Desember 2015

Egar mengajak saya untuk pergi ke pemandian Pacet. Pemandian air panas yang bebrapa kali pernah kita kunjungi sebelumnya.
Kali ini adalah Long Weekend, dimana besok hari Kamis dan Jumat, 23-24 Desember adalah libur nasional Maulid Nabi dan Natal.
Sepertinya Leya memiliki planing liburan sendiri dengan keluarganya namun Egar tidak ikut.
Egar menjemput saya di kantor sore ini dan kita langsung pergi kePacet untuk menikmati sejuknya udara pegunungan.
Penginapan yang kami sewa harganya berkali-kali lipat dari harga biasanya mengingat ni adalah moment libur panjang. hmmmmmm... jiwa kapitalis rasanya sudah menhinggapi para penduduk lokal ini. Meski penduduk terpencil namun mereka juga melek ekonomi, dimana saat Demand mulai naik, maka harga langsung di monopoli.
Jam 8 malam setelah santai santai sebentar di penginapan, kami berdua pergi menuju pemandian.
Kami berdua menghabiskan malam di pemandian air panas yg disanapun sudah banyak orang datatng sebelum kami tiba.
Di kolam gelap di tengah rerimbunan pohon ini memudahkan para pengunjung untuk mencari-cari kesempatan untuk sekedar pegang-pegang atau meremas tangan orang di sebelah kanan dan kirinya mengingat tidak sedikit pengunjung disini adalah g*y.  Saya dan Egar duduk bersama bersebelahan sehingga aman, menikamati langit malam dan gemerlap bintang dengan tenang tanpa gangguan. Sinar bulan yang temaram membuat tempat ini semakin syahdu hehe.

Pukul 12 malam kami kembali ke penginapan. Badan bener-bener seger dan enteng.


Kamis, 24 Desember 2015.

Kami sarapan di rumah makan yang menyenangkan sekali, di tengah nuansa pegunungan berhawa sejuk ini kami menemukan tempat makan dimana terdapat kolam pancing nya dan pengunjung diperbolehkan memancing sepuasnya lalu hasilnya dimasak oleh juru masak rumah makan dengan aneka menu bermacam- macam sesuai selera.
Setelah kekenyangan, kami tak langsung beranjak dari pondok makan dimana kita menyantap sarapan, tempat ini terdiri dari saung saung atau pondok pondok dengan kapasitas orang bermacam-macam mulai dr 6 hingga 10 orang. Kami tiduran dan bermalas malasan di atas karpet dalam kondisi kekenyangan ditengah udara yang menyenangkan.
"Kemana nih habis ini? masak mau kembali ke Surabaya?.. atau ke Solo aja?" tanya Egar.
"Terserah." sahutku malas malasan.
"Atau ke Pacitan ya? disana ada Pantai Klayar dan Goa Gong yang bagus." saran dia.
"Terserah."
"Atau kita ke Jember aja ya, ada pantai Papuma, keren?"
"Terserah."
"Atau kita ke Malang? santai santai aja disana."
"Terserah."
Banyak saran, namun akhirnya kita memilih Batu. Kota kecil yang dingin dekat Malang namun jaraknya menjadi sangat dekat kalo melewati jalur Pacet.
Jam 11 an siang kami langsung menuju kota Batu melewati jalur pegunungan dan menembus jalanan sepi menerobos hutan hujan yang sangat lebat. Jalan pintas ini kondisi nya baik dan mulus, namun tak banyak yang melewati karena sebenarnya ini bukan jalan yg dilewati kebanyakan orang.
Dedaunan kering dan beberapa ranting pohon berserakan di tengah jalan dan menimbulkan bunyi crack saat terlindas mobil kami.Beberapa kali terdengar lirih suara monyet atau kicauan burung dari kejauhan sana. Kabut tipis pun terlihat jelas jalan perlahan di lembah lembah sebelah kiri kita yg sangat curam membentuk jurang yang dalam.
Tak terasa kami tiba di Selecta, sebuah tempat wisata yang sangat populer di Kota Batu.
Menurut catatan sejarah, Taman Bunga Selecta dulunya dimiliki oleh seorang penjajah Belanda, yang akhirnya diserahkan kepada Pemerintah RI untuk dikelola. Sejak tahun 1928, Selecta menyimpan kenangan historis dan peristiwa di jaman revolusi. Bung Karno selaku proklamator dan presiden pertama RI, konon kabarnya banyak merenung disini dan menemukan ide-ide untuk menyatukan bekas kerajaan besar Majapahit dan kerajaan-kerajaan lain di Indonesia seperti Sriwijaya, Mataram, hingga kerajaan di wilayah timur Indonesia.
Dan air yang mengalir ke kolam renang selekta di anggap sebagai air suci “Tirta Kamandanu” konon sebagai sebuah tempat yang dulunya ditemukan oleh punggawa kerajaan Singosari bernama Arya Kamandanu setelah bertapa sekian lama saat mencari sumber air akibat kekeringan yang telah melanda negerinya.
Selecta pernah dibumihanguskan saat jaman revolusi tahun 1949. Namun Selecta resmi berdiri kembali dan menjadi Perseroan Terbatas pada 1950 serta menjadi milik masyarakat sekitar.
Agak terik karena kami tiba saat siang bolong. kami berkeliling menikmati taman taman di selekta dan menikmati es krim.
Setelah dirasa cukup berkeliling kami memutuskan untuk menyudahi kunjungan di Selecta.Kami langsung menuju daerah Songgoriti untuk mencari penginapan. Ada hotel kuno tepat berada di depan pemandian Selecta. Kami segera bersih bersih dan dan istirahat.
Jaringan internet yang sangat sulit di dapat membuat Egar tampak emosi. Dia gak bisa memainkan game online nya  atau membuka media sosial. Akhirnya jam 6 sore Egar memutuskan untuk check out saja. Selain itu Egar juga tidak cocok dengan kamrnya, kamar kami adalah nomor 4, dan angka 4 bagi Egar adalah suatu ketidak baikan. "Shi" dalam bahasa tionghoa artinya Mati, dan entah kenapa Egar begitu fanatik dengan angka angka.
Menuju Alun alun kota batu yang sangat bagus dan tertata rapi yang merupakan tempat favorit warga Batu dan Malang adalah destinasi kami selanjutnya. Di sini banyak sekali kuliner khas jawa timuran yang perlu di coba. Yang paling terkenal adalah Pos Ketan Legenda. Bedak kecil penjual jajanan Ketan ini sudah ada sejak 1967, nyaris 50 tahun lalu.
Jajanan murah meriah ini seharga 3000-7000 rupiah aja tergantung pada variasi ketan nya. Ada Ketan Keju Susu, Ketan ayam pedas, Ketan Durian dll. Antrian mengular hingga lebih dari 10 meter dari meja kasir tempat memesan ketan hingga keluar bedak sampai tepi jalan. Semua pada suka panganan ini.
Berfoto foto di beberapa titik sudut alun alun yang sangat ramai kemudian kami memakan ketan yang kami  borong di dalam mobil.
Mobil tetap tak bergerak di parkiran, kami duduk santai di dalam mendengarkan musik yg teralun lirih sambil menikmati ketan hangat di tengah dingin nya udara malam kota Batu.
"Wenaaaaakkk loh." komentar Egar.
Kami membicarakan destinasi selanjutnya yang tak tahu kemana seharusnya tujuan ini. Dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya kami memutuskan pergi ke Malang Setatan, Pantai Banyu Anjlog.
 Jam menunjukan pukul 23.30. Kami langsung berkendara pelan menuju kota Malang.
Kami baru menyadari kalau malam sudah sangat larut, tertanda dengan beberapa tempat kuliner yang akan kita singghi untuk makan malam sudah pada tutup.
Hmmmm... bingung.
Ada ide untuk memesan McD Delivery dan kita menunggu di suatu  tempat agar pesanan bia di antar ke kami, namun McD tidak melayani jika kita tidak berada di alamat permanent. Dia tidak berkenan mengantarkan pesanan ke tempat umum seperti tepi jalan, pom bensin, depan mall atau ruang publik  apapun.
Egar sebenarnya masih ragu apakah kami yakin akan langsung berangkat ke Banyu Anjlog malam ini juga? Mengingat medan yang sangat gelap menuju kawasan Malang Selatan yang sepi dan terpencil.
Kami sudah memasuki kawasan yg semakin ke selatan semakin sepi, ada Losmen di dekat terminal Gadang. Egar memberi saran gimana kalo tidur losmen aja dulu, lumayan untuk rehat, nanti subuh baru dilanjut jalan lagi.
Saya turun dai mobil dan langsung menanyakan rate kamar losmen. Sngat kumuh, tak terawat dan bau.
"40 ribu untuk 3 jam" jawab bapak penjaga losmen di ruang loby saat saya menanyakan tarif menginap, ternyata losmen ini untuk "kegiatan short term". Saya jadi agak merinding. Bapak ini gendut, hitam dan hanya memakai singlet watna putih yang sudah bolong sana sini dengan warna yg kusam, sangat kusam. Di tambah lagi dengan bau tubuhnya yang tajam membuat minat saya sedikit berkurang. Saya meminta di antarkan untuk melihat kondisi kamrnya terlebih dahulu dan beeeeeehh, carut marut, sepreinya kumal dan sangat tidak rapi tertarik kesana kemari dengan kusut, ruangan yang sempit hanya semacam bilik 2x2m tanpa jendela atau ventilasi dengan bau pengap dan sisa aroma tubuh orang orang sebelumnya yang menyewa kamar ini. Bantal nya tampak kusam dan saya yakin sarung bantalnya sangat jarang di ganti, bekas para penginap yang kami tidak tau apa yang mereka lakukan di bilik temaram ini.
Maaf, saya langsung hilang minat. Saya segera berpamitan dan segera balik ke dalam mobil.
"Gimana?"
"Gak usah." Saya menjawab singkat dengan nada yang Egar sudah sangat memahami, intonasi yang mungkin maknanya seperti "Percaya saya!" dan tidak perlu di protes lagi.

Kami terus melanjutkan perjalanan ke Selatan.
Sudah jam 01.30 dini hari. Ada pom bensin besar yang saya yakin ini adalah SPBU terakhir sebelum semakin ke pelosok.





Birthday Cake and The Gift

Egar mengajak saya untuk pergi ke pemandian Pacet. Pemandian air panas yang bebrapa kali pernah kita kunjungi sebelumnya.

Tuesday, September 8, 2015

Gamang

05 September 2015.

Sudah tiga minggu saya tidak ketemu Egar, kali ini saya datang ke Surabaya utk menemuinya.
Kangen yang selama ini ditahan benar-benar menuntut untuk di beri penawar.